Nabi Yusuf
adalah Putera ke tujuh daripada dua belas putera- putri Nabi Yaqub. Ia dan
adiknya yang bernama benyamin adalah yang beribukan Rahil, saudara sepupu Nabi
Yaqub. Ia dikaruniakan oleh Allah rupa yang bagus, paras yang tampan dan tubh
yang tegap yang menjadikan idaman setiap wanita dan kenangan gadis - gadis
wanita. Ia adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan
dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, terutamanya setelah
ditinggalkan iaitu wafatnya ibu kandungnya Rahil semasa ia masih berusia dua
belas tahun.
Perlakuan
yang diskriminatif dari Nabi Yaqub terhadap anak-anaknya telah menimbulkan rasa
iri-hati dan dengki di antara saudara-saudara Yusuf yang lain, yang merasakan
bahawa mereka dianak-tirikan oleh ayahnya yang tidak adil sesama anak,
memanjakan Yusuf lebih daripada yang lain.
Rasa
jengkel mereka terhadap kepada ayahnya dan iri-hati terhadap Yusuf
membangkitkan rasa setia kawan antara saudara-saudara Yusuf, persatuan dan rasa
persaudaraan yang akrab di antara mereka.
Saudara-saudara Yusuf
mengadakan pertemuan
Dalam
pertemuan rahasia yang mereka adakan untuk merundingkan nasib yang mrk alami
dan mengatur aksi yang harus mrk lakukan bagi menyedarkan ayahnya, menuntut
perlakuan yang adil dan seksama, berkata salah seorang drp mereka:"
Tidakkah kamu merasakan bahawa perlakuan terhadap kita sebagai anak-anaknya
tidak adil dan berat sebelah? Ia memanjakan Yusuf dan menyintai serta
menyayangi lebih daripada kita, seolah-olah Yusuf dan Benyamin sahajalah
anak-anak kandungnya dan kita anak-anak tirinya , padahal kita adalah lebih tua
dan lebih cekap daripada mereka berdua serta kitalah yang selalu mendampingi
ayah,mengurus segala keperluannya dan keperluan rumahtanggannya. Kita merasa
hairan mengapa hanya Yusuf dan Benyamin sahaja yang menjadi keistimewaan disisi
ayah.
Apakah
ibunya lebih dekat kepada hati ayah berbanding dengan ibu kita? Jika memang itu
alasannya ,maka apakah salah kita? Bahawa kita lahir daripada ibu yang mendapat
tempat kedua di hati ayah ataukah paras Yusuf yang lebih tampan dan lebih cekap
drp paras dan wajah kita yang memang sudah demikian diciptakan oleh Tuhan dan
sesekali bukan kehendak atau hasil usaha kita? Kita amat sesalkan atas
perlakuan dan tindakan ayah yang sesal dan keliru ini serta harus melakukan
sesuatu untuk mengakhiri keadaan yang pincang serta menjengkelkan hati kami
semua."
Seorang
saudara lain berkata menyambung:" Soal cinta atau benci simpati atau
antipati adalah soal hati yang tumbuh laksana jari-jari kita, tidak dapat
ditanyakan mengapa yang satu lebih rebdah dari yang lain dan mengapa ibu jari
lebih besar dari jari kelingking. Yang kita sesalkan ialah bahwa ayah kita
tidak dpt mengawal rasa cintanya yang berlebih-lebihan kepada Yusuf dan
Benyamin sehingga menyebabkannya berlaku tidak adil terhadap kami semua selaku
sesama anak kandungnya. Keadaan yang pincang dalam hubungan kita dengan ayah
tidak akan hilang, jika penyebab utamanya tidak kita hilangkan. Dan sebagaimana
kamu ketahui bahwa penyebab utamanya dari keadaan yang menjengkel hati ini
ialah adanya Yusuf di tengah-tengah kita. Dia adalah penghalang bagi kita untuk
dpt menerobos ke dalam lubuk hati ayah kita dan dia merupakan dinding tebal
yang memisahkan kita dari ayah kita yang sangat kita cintai. Maka jalan
satu-satunya untuk mengakhiri kerisauan kita ini ialah dengan melenyapkannya
dari tengah-tengah kita dan melemparkannya jauh-jauh dari pergaulan ayah dan
keluarga kita. Kita harus membunuh dengan tangan kita sendiri atau
mengasingkannya di suatu tempat di mana terdpt binatang-binatang buas yang akan
melahapnya sebagai mangsa yang empuk dan lazat. Dan kita tidak perlu meragukan
lagi bahwa bila Yusuf sudah lenyap dari mata dan pergaulan ayah , ia akan kembali
menyintai dan menyayangi kita sebagai anak-anaknya yang patut mendapat
perlakuan adil dan saksama dari ayah dan suasana rumahtangga akan kembali
menjadi rukun, tenang dan damai, tiada sesuatu yang merisaukan hati dan
menyesakkan dada."Berkata Yahudza, putera keempat dari Nabi Yaqub dan yang
paling cekap dan bijaksana di antara sesama saudaranya:" Kita semuanya
adalah putera-putera Yaqub pesuruh Allah dan anak dari Nabi Ibrahim, pesuruh
dan kekasih Allah. Kami semua adalah orang-orang yang beragama dan berakal
waras.
Membunuh
adalah sesuatu perbuatan yang dilarang oleh agama dan tidak diterima oleh akal
yang sihat, apa lagi yang kami bunuh itu atau serahkan jiwanya kepada binatang
buas itu adalah saudara kita sendiri , sekandung, sedarah , sedaging yang tidak
berdosa dan tidak pula pernah melakukan hal-hal yang menyakitkan hati atau
menyentuh perasaan. Dan bahwa ia lebih dicntai dan disayangi oleh ayah, itu
adalah suatu yang berada di luar kekuasaannya dan sesekali tidak dpt ditimpakan
dosanya kepadanya. Maka menurut fikiran saya kata Yahudza melanjutkan bahasnya
ialah dengan jalan yang terbaik untuk melenyapkan Yusuf ialah melemparkannya ke
dalam sebuah perigi yang kering yang terletak di sebuah persimpangan jalan
tempat kafilah-kafilah dan para musafir berhenti beristirehat memberi makan dan
minum kepada binatang-binatang kenderaannya. Dengan cara demikian terdpt
kemungkinan bahwa salah seorang daripada musafir itu menemukan Yusuf,
mengangkatnya dari dalam perigi dan membawanya jauh-jauh sebagai anak pungut
atau sebagai hamba sahaya yang akan diperjual-belikan .Dengan cara aku
kemukakan ini ,kami telah dapat mencapai tujuan kami tanpa melakukan pembunuhan
dan merenggut nyawa adik kami yang tidak berdosa."
Fikiran dan
cadangan yang dikemuka oleh Yahudza itu mendapat sambutan baik dan disetujui
bulat oleh saudara-saudaranya yang lain dan akan melaksanakannya pada waktu dan
kesempatan yang tepat. Pertemuan secara rahsia itu bersurai dengan janji dari
masing-masing saudara hadir, akan menutup mulut dan merahsiakan rancangan jahat
ini seketat-ketatnya agar tidak bocor dan tidak didengar oleh ayah mereka
sebelum pelaksanaannya.
Nabi Yusuf bermimpi
Pada
malam di mana para saudaranya mengadakan pertemuan sulit yang mana untuk
merancangkan muslihat dan rancangan jahat terhadap diri adiknya yang ketika itu
Nabi Yusuf sedang tidur nyenyak , mengawang di alam mimpi yang sedap dan
mengasyikkan ,tidak mengetahui apa yang oleh takdir di rencanakan atas dirinya
dan tidak terbayang olehnya bahwa penderitaan yang akan dialaminya adalah
akibat dari perbuatan saudara-saudara kandungnya sendiri, yang diilhamkan oleh
sifat-sifat cemburu, iri hati dan dengki.
Pada
mlm yang nahas itu Nabi Yusuf melihat dalam mimpinya seakan-akan sebelas
bintang, matahari dan bulan yang berada di langit turun dan sujud di depannya.
Terburu-buru setelah bangun dari tidurnya, ia datang menghampiri ayahnya ,
menceritakan kepadanya apa yang ia lihat dan alami dalam mimpi.
Tanda
gembira segera tampak pada wajah Yaqub yang berseri-seri ketika mendengar
cerita mimpi Yusuf, puteranya. Ia berkata kepada puteranya:" Wahai anakku!
Mimpimu adalah mimpi yang berisi dan bukan mimpi yang kosong. Mimpimu
memberikan tanda yang membenarkan firasatku pada dirimu, bahwa engkau
dikurniakan oleh Allah kemuliaan ,ilmu dan kenikmatan hidup yang mewah.Mimpimu
adalah suatu berita gembira dari Allah kepadamu bahwa hari depanmu adalah hari
depan yang cerah penuh kebahagiaan, kebesaran dan kenikmatan yang
berlimpah-limpah.Akan tetapi engkau harus berhati-hati, wahai anakku ,janganlah
engkau ceritakan mimpimu itu kepada saudaramu yang aku tahu mereka tidak
menaruh cinta kasih kepadamu, bahkan mereka mengiri kepadamu karena kedudukkan
yang aku berikan kepadamu dan kepada adikmu Benyamin. Mrk selalu berbisik-bisik
jika membicarakan halmu dan selalu menyindir-nyindir dalam percakapan mrk
tentang kamu berdua. Aku khuatir, kalau engkau ceritakan kepada mrk kisah
mimpimu akan makin meluaplah rasa dengki dan iri-hati mereka terhadapmu dan
bahkan tidak mungkin bahwa mereka akan merancang perbuatan jahat terhadapmu
yang akan membinasakan engkau. Dan dalam keadaan demikian syaitan tidak akan
tinggal diam, tetapi akan makin mambakar semangat jahat mereka dan mengorbankan
rasa dengki dan iri hati yang bersemayam dalam dada mrk. Maka berhati-hatilah,
hai anakku, jangan sampai cerita mimpimu ini bocor dan didengar oleh
mereka."
Yusuf dimasukan kedalam perigi
Pada
esok harinya setelah semalam suntuk saudara kandung Yusuf bertemu berundingkan
siasat dan merancangkan penyingkiran adiknya yang merupakan saingan yang berat
dalam merebut hati si ayah, datanglah mereka menghadapi Nabi Yaqub ayahnya
meminta izin membawa Yusuf berekreasi bersama mereka di luar kota. Berkata juru
cakap mrk kepada si ayah: " Wahai ayah yang kami cintai! Kami berhajat
berekreasi dan berkelah di luar kota beramai-ramai dan ingin sekali bahawa adik
kami Yusuf turut serta dan tidak ketinggalan, menikmati udara yang cerah di
bawah langit biru yang bersih. Kami akan bawa bekal makanan dan minuman yang
cukup untuk santapan kami selama sehari berada di luar kota untuk bersuka ria
dan bersenang-senang ,menghibur hati yang lara dan melapangkan dada yang sesak,
seraya mempertebal rasa persaudaraan dan semangat kerukunan di antara sesama
saudara."
Berkata Yaqub
kepada putera-puteranya: " Sesungguhnya akan sangat merungsingkan
fikiranku bila Yusuf berada jauh dari jangkauan mataku ,apalagi akan turut
serta bersamamu keluar kota ,di lapangan terbuka, yang menurut pendengaranku
banyak binatang buas seperti serigala yang banyak berkeliaran di sana .Aku
khuatir bahwa kamu akan lengah menjaganya ,karena kesibukan kamu bermain-main
sendiri sehinggakan menjadikannya mangsa bagi binatang-binatang buas itu.
Alangkah sedihnya aku bila hal itu terjadi. Kamu mengetahui betapa sayangnya
aku kepada Yusuf yang telah ditingglkan oleh ibunya."
Putera-puteranya
menjawab:" Wahai ayah kami! Maskan masuk di akal, bahwa Yusuf akan
diterkam oleh serigala atau lain binatang buas di depan mata kami sekumpulan
ini? Padahal tidak ada di antara kami yang bertubuh lemah atau berhati penakut.
Kami sanggup menolak segala gangguan atau serangan dari mana pun datangnya,
apakah itu binatang buas atau makhluk lain. Kami cukup kuat serta berani dan
kami menjaga Yusuf sebaik-baiknya, tidak akan melepaskannya dari pandangan kami
walau sekejap pun. Kami akan mempertaruhkan jiwa raga kami semua untuk
keselamatannya dan di manakah kami akan menaruh wajah kami bila hal-hal yang
mengecewakan ayah mengenai diri Yusuf."
Akhirnya
Nabi yusuf tidak ada alasan untuk menolak permintaan anak-anaknya membawa Yusuf
berekreasi melepaskan Yusuf di tangan saudara-saudaranya yang diketahui mrk
tidak menyukainya dan tidak menaruh kasih sayang kepadanya. Ia berkat kepada
anak anaknya:" Baiklah jika kamu memang sanggup bertanggungjawab atas
keamanan dan keselamtannya sesuai dengan kata-kata kamu ucapkan itu, maka aku
izinkan Yusuf menyertaimu, semoga Allah melindunginya bersama kamu
sekalian."
Pada
esok harinya berangkatlah rombongan putera-putera Yaqub kecuali Benyamin,
menuju ke tempat rekreasi atau yang sebenarnya menuju tempat di mana menurut
rancangan, Yusuf akan ditinggalkan. Setiba mrk disekitar telaga yang menjadi
tujuan , Yusuf segera ditanggalkan pakaiannya dan dicampakkannya di dalam
telaga itu tanpa menghiraukan jeritan tangisnya yang sedikit pun tidak mengubah
hati abang-abangnya yang sudah kehilangan rasa cinta kepada adik yang tidak
berdosa itu. Hati mereka menjadi lega dan dada mrk menjadi lapang karena
rancangan busuknya telah berhasil dilaksanakan dan dengan demikian akan
terbukalah Hati Yaqub seluas-luasnya bagi mrk, dan kalaupun tindakan mrk itu
akan menyedihkan ayahnya ,maka lama-kelamaan akan hilanglah kesedihan itu bila
mrk pandai menghiburnya untuk melupakan dan melenyapkan bayangan Ysuf dari
ingatan ayahnya.
Pada
petang hari pulanglah mrk kembali ke rumah tanpa Yusuf yang di tinggalkan
seorang diri di dasar tegala yang gelap itu, dengan membawa serta pakaiannya
setelah disirami darah seorang kelinci yang sengaja dipotong untuk keperluan
itu , mrk mengadap Nabi Yaqub seraya menangis mencucurkan airmata dan
bersandiwara seakan-akan dan susah hati berkatalah mrk kepada ayahnya:"
Wahai ayah! Alangkah sial dan nahasnya hari ini bagi kami ,bahwa kekhuatiran
yang ayah kemukakan kepada kami tentang Yusuf kepada kami telah pun terjadi dan
menjadi kenyataan bahwa firasat ayah yang tajam itu tidak meleset. Yusuf telah
diterkam oleh seekor serigala dikala kami bermain lumba lari dan meninggalkan
Yusuf seorang diri menjaga pakaian. Kami cukup hati-hati menjaga adik kami
sesuai dengan pesanan ayah, namun karena menurut pengamatan kami pada saat itu,
tidak ada tanda-tanda atau jejak binatang-binatang buas disekitar tempat kami
bermain, kami sesekali tidak melihat adanya bahaya dengan meninggalkan Yusuf
sendirian menjaga pakaian kami yang tidak dari tempat kami bermain bahkan masih
terjangkau oleh pandangan mata kami. Akan tetapi serigala yang rupanya sudah
mengintai adik kami Yusuf itu, bertindak begitu cepat menggunakan kesempatan
lengahnya kami, waktu bermain sehingga tidak keburu kami menolong menyelamatkan
jiwa adik kami yang sangat kami sayangi dan cintai itu. Oh ayah! Kami sangat
sesalkan diri kami yang telah gagal menempati janji dan kesanggupan kami kepada
ayah ketika kami minta izin mambawa Yusuf, namun apa yang hendak dikatakan bila
takdir memang menghendaki yang demikian. Inilah pakaian Yusuf yang berlumuran
dengan darah sebagai bukti kebenaran kami ini, walau pun kami merasakan bahawa
ayah tidak akan mempercayai kami sekalipun kami berkata yang benar."
Nabi
Yaqub yang sudah memperolehi firasat tentang apa yang akan terjadi keatas diri
Yusuf putera kesayangannya dan mengetahui bagaimana sikap abang-abangnya
terhadap Yusuf adiknya, tidak dapat berbuat apa-apa selain berpasrah kepada
takdir Illahi dan seraya menekan rasa sedih, cemas dan marah yang sedang
bergelora di dalam dadanya, berkatalah beliau kepada putera-puteranya:"
Kamu telah memperturutkan hawa nafsumu dan mengikut apa yang dirancangkan oleh
syaitan kepadamu. Kamu telah melakukan suatu perbuatan yang akan kamu akan rasa
sendiri akibatnya kelak jika sudah terbuka tabir asapnya yang patut dimintai
pertolong-Nya dalam segala hal dan peristiwa.
Nabi Yusuf dijual-beli sebagai
hamba sahaya
Nabi
Yusuf sedang berada di dalam perigi itu seorang diri, diliputi oleh kegelapan
dan kesunyian yang mencekam. Ia melihat ke atas dan ke bawah ke kanan dan ke
kiri memikirkan bagaimana ia dapat mengangkatkan dirinya dari perigi itu ,
namun ia tidap melihat sesuatu yang dpt menolongnya. IA hanya dapat melihat
bayangan tubuhnya dalam air yang cetek di bawah kakinya. Sungguh suatu ujian
yang amat berat bagi seorang semuda Nabi Yusuf yang masih belum banyak
pengalaman nya dalam penghidupan, bah baru pertama kali ia berpisah dari
ayahnya yang sangat menyayangi dan memanjakannya. Lebih-lebih terasa beratnya
uijian itu ialah karena yang melemparkannya ke dasar telaga itu adalah
abang-abangnya sendiri, putera-putera ayahnya.
Nabi Yusuf di
samping memikirkan nasibnya yang sedang dialami, serta bagaimana ia
menyelamatkan dirinya dari bahaya kelaparan sekiranya ia lama tidak tertolong,
ia selalu mengenangkan ayahnya ketika melihat abang-abangnya kembali pulang ke
rumah tanpa dirinya bersama mrk.
Tiga hari
berselang, sejak Nabi Yusuf dilemparkan ke dalam perigi, dan belum nampak
tanda-tanda yang memberi harapan baginya dapat keluar dari kurungannya,
sedangkan bahaya kelaparan sudah mulai membayangi dan sudah nyaris berputus asa
ketika sekonyong-konyong terdengar olehnya suara sayup-sayup, suara aneh yang
belum pernah didengarnya sejak ia dilemparkan ke dalam telaga itu. Makin lama
makin jelaslah suara-suara itu yang akhirnya terdengar seakan anjing
menggonggong suara orang-orang bercakap dan tertawa terbahak-bahak dan suara
jejak kaki manusia dan binatang sekitar telaga itu.
Ternyata
apa yang terdengar oleh Yusuf, ialah suara-suara yang timbul oleh sebuah
kafilah yang sedang berhenti di sekitar perigi, di mana ia terkurung untuk
beristirehat sambil mencari air untuk diminum bagi mrk dan binatang-binatang
mrk. alangkah genbiranya Yusuf ketika keetika ia sedang memasang telinganya dan
menengar suara ketua kafilah memerintahkan orangnya melepaskan gayung mengambil
air dari telaga itu. Sejurus kemudian dilihat oleh Yusuf Sebuah gayung turun ke
bawah dan begitu terjangkau oleh tangannya dipeganglah kuat-kuat gayung itu
yang kemudian ditarik ke atas oleh sang musafir seraya berteriak mengeluh
karena beratnya gayung yang ditarik itu.
Para
musafir yang berada di kafilah itu terperanjat dan takjub ketika melihat bahawa
yang memberatkan gayung itu bukannya air, tetapi manusia hidup berparas tampan,
bertubuh tegak dan berkulit putih bersih. Mereka berunding apa yang akan
diperbuat dengan hamba Allah yang telah diketemukan di dalam dasar perigi itu,
dilepaskannya di tempat yang sunyi itu atau dikembalikan kepada keluarganya.
Akhirnya bersepakatlah mrk untuk dibawa ke Mesir dan dijual di sana sebagai
hamba sahaya dengan harga, yang menurut tafsiran mrk akan mencapai harga yang
tinggi, karena tubuhnya yang baik dan parasnya yang tampan.
Setibanya
kafilah itu di Mesir, dibawalah Yusuf di sebuah pasar khusus , di mana manusia
diperdagangkan dan diperjual-belikan sebagai barang dagangan atau sebagai
binatang-binatang ternakan. Yusuf lalu ditawarkan di depan umum dilelongkan.
Dan karena para musafir yang membawanya itu khuatir akan terbuka pertemuan
Yusuf maka mereka enggan memepertahankan sampai mencapai harga yang tinggi,
tetapi melepaskannya pada tawaran pertama dengan harga yang rendah dan tidak
memadai. Padahal seorang seperti nabi Yusuf tidak dapat dinilai dengan wang
bahkan dengan emas seisi bumi pun tidak seimbang sebagai manusia yang besar dan
makhluk Allah yang agung seperti Nabi Yusuf yang oleh Allah telah digariskan
dalam takdirnya bahawa ia akan melaksanakan missi yang suci dan menjalankan
peranan yang menentukan dalam pengaulan hidup umat manusia.
Nabi
Yusuf dalam pelelongan itu dibeli oleh keeetua polis Mesir bernama Fathifar
sebagai penawar pertama , yang merasa berbahagia memperoleh sorang hamba yang
berparas bagus, bertubuh kuat dan air muka yang memberi kesan bahawa dalam
manusia yang dibelikan itu terkandung jiwa yang besar, hati suci bersih dan
bahawa ia bukanlah dari kualiti manusia yang harus diperjual-belikan.
Kata Fathifar
kepada isterinya ketika mengenalkan Yusuf kepadanya:" Inilah hamba yang
aku baru beli dari pelelongan. Berilah ia perlakuan dan layanan yang baik
kalau-kalau kelak kami akan memperolehi manfaat drpnya dan memungutnya sebagai
anak kandung kita. Aku dapat firasat dari paras mukanya dan gerak-gerinya
bahawa ia bukanlah dari golongan yang harus diperjual-belikan, bahkan mungkin sekali
bahawa ia adalah dari keturunan keluarga yang berkedudukan tinggi dan
orang-orang yang beradab.
Nyonya
Fathifar, isteri Ketua Polis Mesir menerima Yusuf di rumahnya, sesuai dengan
pesanan suaminya. dilayan sebagai salah seorang daripada anggota keluarganya
dan sesekali tidak diperlakukannya sebagai hamba belian. Yusuf pun dapat
menyesuaikan diri dengan keadaan rumahtangga Futhifar. Ia melakukan tugas
sehari-harinya di rumah dengan penuh semangat dan dengan kejujuran serta
disiplin yang tinggi. Segala kewajiban dan tugas yang diperintahkan kepadanya,
diurus dengan senang hati seolah-olah dari perintah oleh orang tuanya sendiri.
Demikianlah, maka makin lama makin disayanglah akan Yusuf di rumah Ketua Polis
Mesir itu sehingga merasa seakan-akan berada di rumah keluarga dan orang tuanya
sendiri.
Yusuf dalam godaan nyonya
Futhifar
Yusuf
hidup tenang dan tenteram di rumah Futhifar, Ketua Polis Mesir, sejak ia
menginjakkan kakinya di rumah itu. Ia mendapat kepercayaan penuh dari kedua
majikannya, suami-isteri, mengurus rumah-tangga mereka dan melaksanakan
perintah dan segala keperluan mrk dengan sesungguh hati, ikhlas dan kejujuran,
tiada menuntut upah dan balasan atas segala tenaga dan jerih payah yang
dicurahkan untuk kepentingan keluarga. Ia menganggap dirinya di rumah itu bukan
sebagai hamba bayaran, tetapi sebagai seorang drp anggota keluarga. demikian
pula anggapan majikannya, suami-isteri terhadap dirinya.
Ketenangan
hidup dan kepuasan hati yang diperdapat oleh Yusuf selama ia tinggal di rumah
Futhifar, telah mempengaruhi kesihatan dan pertumbuhan tubuhnya. Ia yang telah
dikurnai oleh Tuhan kesempurnaan jasmani dengan kehidupan yang senang dan empuk
di rumah Futhifar, makin terlihat tambah segar wajahnya, tambah elok parasnya
dan tambah tegak tubuhnya, sehingga ia merupakan seorang pemuda remaja yang
gagah perkasa yang menggiurkan hati setiap wanita yang melihatnya, tidak
terkecuali isteri Futhifar, majikannya sendiri, bahkan bukan tidak mungkin
bahwa ia akan menjadi rebutan lelaki, andai kata ia hidup di kota Sadum di
tengah-tangah kaum Nabi Luth ketika itu.
Pengaulan
hari-hari di bawah satu atap rumah antara Yusuf pemuda remaja yang gagah
perkasa dan Nyonya Futhifar, seorang wanita muda cantik dan ayu, tidak akan
terhindar dari risiko terjadinya perbuatan maksiat, bila tidak ada kekuatan
iman dan takwa yang menyekat hawa nafsu yang ammarah bissu. Demikian lah akan
apa yang terjadi terhadap Yusuf dan isteri Ketua Polis Mesir.
Pada
hari-hari pertama Yusuf berada di tengah-tengah keluarga , Nyonya Futhifar tidak
menganggapnya dan memperlakukannya lebih dari sebagai pembantu rumah yang
cakap, tangkas, giat dan jujur, berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. Ia
hanya mengagumi sifat-sifat luhurnya itu serta kecekapan dan ketangkasan
kerjanya dalam menyelesaikan urusan dan tugas yang pasrahkan kepadanya. Akan
tetapi memang rasa cinta itu selalu didahului oleh rasa simpati.
Simpati
dan kekaguman Nyonya Futhifar terhadap cara kerja Yusuf, lama-kelamaan berubah
menjadi simpati dan kekaguman paras mukanya. Gerak-gerik dan tingkah laku
Yusuf diperhatikan dari jauh dan diliriknya dengan penuh hati-hati. Bunga api
cinta yang masih kecil di dalam hati Nyonya Futhifar terhadap Yusuf makin hari
makin membesar dan membara tiap kali ia melihat Yusuf berada dekatnya atau mendengar
suaranya dan suara langkah kakinya.
Walaupun
ia berusaha memandamkan api yang membara di dadanya itu dan hendak menyekat
nafsu birahi yang sedang bergelora dalam hatinya, untuk menjaga maruahnya
sebagai majikan dan mepertahankan sebagai isteri Ketua Polis, namun ia tidak
berupaya menguasai perasaan hati dan hawa nasfunya dengan kekuatan akalnya.
Bila ia duduk seorang diri, maka terbayanglah di depan matanya akan paras Yusuf
yang elok dan tubuhnya yang bagus dan tetaplah melekat bayangan itu di depan mata
dan hatinya, sekalipun ia berusaha untuk menghilangkannya dengan mengalihkan
perhatiannya kepada urusan dan kesibukan rumahtangga. Dan akhirnya menyerahlah
Nyonya Futhifar kepada kehendak dan panggilan hati dan nafsunya yang mendapat
dukungan syaitan dan iblis dan diketepikanlahnya semua pertimbangan maruah,
kedudukan dan martabat serta kehormatan diri sesuai dengan tuntutan dengan akal
yang sihat.
Nyonya
Futhifar menggunakan taktik, mamancing-mancing Yusuf agar ia lebih dahulu
mendekatinya dan bukannya dia dulu yang mendekati Yusuf demi menjaga kehormatan
dirinya sebagai isteri Ketua Polis. Ia selalu berdandan dan berhias rapi, bila
Yusuf berada di rumah, merangsangnya dengan wangi-wangian dan dengan
memperagakan gerak-gerik dan tingkah laku sambil menampakkan, seakan-akan
dengan tidak sengaja bahagian tubuhnya yang biasanya menggiurkan hati orang
lelaki.
Yusuf
yang tidak sedar bahwa Zulaikha, isteri Futhifar, mencintai dan mengandungi
nafsu syahwat kepadanya, menganggap perlakuan manis dan pendekatan Zulaikha
kepadanya adalah hal biasa sesuai dengan pesanan Futhifar kepada isterinya
ketika dibawa pulang dari tempat perlelangan. Ia berlaku biasa sopan santun dan
bersikap hormat dan tidak sedikit pun terlihat dari haknya sesuatu gerak atau
tindakan yang menandakan bahwa ia terpikat oleh gaya dan aksi Zulaikha yang
ingin menarik perhatiannya dan mengiurkan hatinya. Yusuf sebagai calon Nabi
telah dibekali oleh Allah dengan iman yang mantap, akhlak yang luhur dan budi
pekerti yang tinggi. Ia tidak akan terjerumus melakukan sesuatu maksiat yang
sekaligus merupakan perbuatan atau suatu tindakan khianat terhadap orang yang
telah mempercayainya memperlakukannya sebagai anak dan memberinya tempat di
tengah-tengah keluarganya.
Sikap
dingin dan acuh tak acuh dari Yusuf terhadap rayuan dan tingkah laku Zulaikha
yang bertujuan membangkitkan nafsu syahwatnya menjadikan Zulaikha bahkan tambah
panas hati dan bertekad akan berusaha terus sampai maksudnya tercapai. Jika
aksi samar-samar yang ia lakukan tetap tidak dimengertikan oleh Yusuf Yang
dianggapkannya yang berdarah dingin itu, maka akan dilakukannya secara berterus
terang dan kalau perlu dengan cara paksaan sekalipun.
Zulaikha
, tidak tahan lebih lama menunggu reaksi dari Yusuf yang tetap bersikap dingin
, acuh tak acuh terhadap rayuan dan ajakan yang samar-samar daripadanya. Maka
kesempatan ketika si suami tidak ada di rumah, masuklah Zulaikha ke bilik
tidurnya seraya berseru kepada Yusuf agar mengikutinya. Yusuf segera
mengikutinya dan masuk ke bilik di belakang Zulaikha, sebagaimana ia sering
melakukannya bila di mintai pertolongannya melakukan sesuatu di dalam bilik.
Sekali-kali
tidak terlintas dalam fikirannya bahwa perintah Zulaikha kali itu kepadanya
untuk masuk ke biliknya bukanlah perintah biasa untuk melekukan sesuatu yang
biasa diperintahkan kepadanya. Ia baru sedar ketika ia berad di dalam bilik,
pintu dikunci oleh Zulaikha, tabir disisihkan seraya berbaring berkatalah ia
kepada Yusuf: " Hai Yusuf! Inilah aku sudah siap bagimu, aku tidak tahan
menyimpan lebih lama lagi rasa rinduku kepada sentuhan tubuhmu. Inilah tubuhku
kuserahkan kepadamu, berbuatlah sekehendak hatimu"
Seraya
memalingkan wajahnya ke arah lain, berkatalah Yusuf:" Semoga Allah
melindungiku dari godaan syaitan. Tidak mungkin wahai tuan puteriku aku akan
melakukan maksiat dan memenuhi kehendakmu. Jika aku melakukan apa yang tuan
puteri kehendaki, maka aku telah mengkhianati tuanku, suami tuan puteri, yang
telah melimpahkan kebaikannya dan kasih sayangnya kepadaku. Kepercayaan yang
telah dilimpahkannya kepadaku, adalah suatu amanat yang tidak patut aku
cederai. Sesekali tidak akanku balas budi baik tuanku dengan perkhianatan dan
penodaan nama baiknya. Selain itu Allah pun akan murka kepadaku dan akan
mengutukku bila bila aku lakukan apa yang tuan puteri mintakan daripadaku.
Allah Maha Mengetahui segala apa yang diperbuat oleh hambanya.
Segera
mata Zulaikha melotot dan wajahnya menjadi merah, tanda marah yang meluap-luap,
akibat penolakan Yusuf tehadap ajaknya. Ia merasakan dirinya dihina dan
diremehkan oleh Yusuf dengan penolakannya, yang dianggapnya suatu perbuatan
kurang ajar dari seorang pelayan terhadap majikannya yang sudah merendahkan
diri, mengajaknya tidur bersama, tetapi ditolak mentah-mentah. Padahal tidak
sedikit pembesar pemerintah dan orang-orang berkedudukan telah lama merayunya
dan ingin sekali menyentuh tubuhnya yang elok itu, tetapi tidak dihiraukan oleh
Zulaikha.
Yusuf
melihat mata Zulaikha yang melotot dan wajahnya yang menjadi merah, menjadi
takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan segera lari menuju pintu
yang tertutup, namun Zulaikha cepat-cepat bangun dari ranjangnya mengejar Yusuf
yang sedang berusaha membuka pintu, ditariknyalah kuat-kuat oleh Zulaikha
bagian belakang kemejanya sehingga terkoyak. Tepat pada masa mereka berada di
belakang pintu sambil tarik menarik, datanglah Futhifar mendapati mereka dalam
keadaan yang mencurigakan itu.
Dengan tiada
memberi kesempatan Yusuf membuka mulut, berkatalah Zulaikha cepat-cepat kepada
suaminya yang masih berdiri tercengang memandang kepada kedua orang kepercayaan
itu:" Inilah dia Yusuf , hamba yang engkau puja dan puji itu telah berani
secara kurang ajar masuk ke bilikku dan memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya.
Berilah ia ganjaran yang setimpal dengan perbuatan biadabnya. Orang yang tidak
mengenal budi baik kami ini harus dipenjarakan dan diberika seksaan yang
pedih."
Yusuf
mendengar laporan dan tuduhan palsu Zulaikha kepada suaminya, tidak dpt berbuat
apa-apa selain memberi keterangan apa yang terjadi sebenarnya. Berkatalah ia
kepada majikannya, Futhifar:" Sesungguhnya dialah yang menggodaku,
memanggilkan aku ke biliknya, lalu memaksaku memenuhi nafsu syahwatnya. Aku
menolak tawarannya itu dan lari menyingkirinya, namun ia mengejarku dan menarik
kemejaku dari belakang sehingga terkoyak."
Futhifar
dalam keadaan bingung. Sipakah diantara kedua orang yang benar? Yusufkah yang
memang selama hidup bersama dirumahnya belum pernah berkata dusta, atau
Zulaikhakah yang dalam fikirannya tidak mungkin akan mengkhianatinya? Dalam
keadaan demikian itu tibalah sekonyong-konyong seorang dari keluarga Zulaikha,
iaitu saudaranya sendiri yang dikenal bijaksana, pandai dan selalu memberi
pertimbangan yang tepat bila dimintai fikiran dan nasihatnya. Atas permintaan
Futhifar untuk memberinya pertimbangan dalam masalah yang membingungkan itu,
berkatalah saudaranya:" Lihatlah, bila kemeja Yusuf terkoyak bahgian
belakangnya, maka ialah yang benar dan isterimu yang dusta. Sebaliknya bila
koyak kemejanya di bahagian hadapan maka dialah yang berdusta dan isterimu yang
berkata benar."
Berkatalah
Futhifar kepada isterinya setelah persoalannya menjadi jelas dan tabir
rahsianya terungkap:" Beristighfarlah engkau hai Zulaikha dan mohonlah ampun
atas dosamu. Engkau telah berbuat salah dan dusta pula untuk menutupi
kesalahanmu. Memang yang demikian itu adalah sifat-sifat dan tipu daya kaum
wanita yang sudah kami kenal." Kemudian berpalinglah dia mengadap Yusuf
dan berkata kepadanya:" Tutuplah rapat-rapat mulutmu wahai Yusuf, dan
ikatlah lidahmu, agar masalah ini akan tetap menjadi rahsia yang tersimpan
sekeliling dinding rumah ini dan jangan sesekali sampai keluar dan menjadi
rahsia umum dan buah mulut masyarakat. Anggap saja persoalan ini sudah selesai
sampai disini."
Ada
sebuah peribahasa yang berbunyi:" Tiap rahsia yang diketahui oleh dua
orang pasti tersiar dan diketahui oleh orang ramai." Demikianlah juga
peristiwa Zulaikha dengan Yusuf yang dengan ketat ingin ditutupi oleh keluarga
Futhifar tidak perlu menunggu lama untuk menjadi rahsia umum. pada mulanya
orang berbisik-bisik dari mulut ke mulut, menceritakan kejadian itu, tetapi
makin hari makin meluas dan makin menyebar ke tiap-tiap pertemuan dan menjadi
bahan pembicaraan di kalangan wanita-wanita dari golongan atas dan menengah.
Kecaman-kecaman yang bersifat sindiran mahupun yang terang-terangan mulai
dilontarkan orang terhadap Zulaikha, isteri Ketua Polis Negara, yang telah
dikatakan bercumbu-cumbuan dengan pelayannya sendiri, seorang hamba belian dan
yang sangat memalukan kata mrk bahwa pelayan bahkan menolak ajakan majikannya
dan tatkala melarikan diri drpnya dikejarkannya sampai bahagian belakang
kemejanya terkoyak.
Kecaman-kecaman
sindiran-sindiran dan ejekan-ejekan orang terhadap dirinya akhirnya sampailah
di telinga Zulaikha. Ia menjadi masyangul dan sedih hati bahwa peristiwanya
dengan Yusuf sudah menjadi buah mulut orang yang dengan sendirinya membawa nama
baik keluarga dan nama baik suaminya sebagai Ketua Polis Negara yang sgt disegani
dan dihormati. Zulaikha yang sangat marah dan jengkel terhadap wanita-wanita
sekelasnya, isteri-isteri pembesar yang tidak henti-hentinya dalam pertemuan
mrk menyinggung namanya dengan ejekan dan kecaman sehubungan dengan
peristiwanya dengan Yusuf.
Utk
mengakhiri desas-desus dan kasak-kusuk kaum wanita para isteri pembesar itu,
Zulaikha mengundang mrk ke suatu jamuan makan di rumahnya, dengan maksud
membuat kejutan memperlihatkan kepada mrk Yusuf yang telah menawankan hatinya
sehingga menjadikan lupa akan maruah dan kedudukan sebagai isteri Ketua Polis
Negara.
Dalam
pesta itu para undangan diberikan tempat duduk yang empuk dan masing-masing
diberikan sebilah pisau yang tajam untuk memotong daging dan buah-buahan yang
tersedia dan sudah dihidangkan.
Setelah
masing-masing tamu menduduki tempatnya dan disilakannya menikmati hidangan yang
sudah tersedia di depannya, maka tepat pada masa mrk sibuk mengupas buah yang
ada ditangan masing-masing, dikeluarkannyalah Yusuf oleh Zulaikha berjalan
sebagai peragawan di hadapan wanita-wanita yang sedang sibuk memotong
buah-buahan itu. Tanpa disadari para tamu wanita yang sedang memegang pisau dan
buah-buahan di tangannya seraya ternganga mengagumi keindahan wajah dan tubuh
Yusuf mrk melukai jari-jari tangannya sendir dan sambil menggeleng-geleng
kepala kehairanan, maka berkatalah mrk:" Maha Sempurnalah Allah. Ini
bukanlah manusia. Ini adalah seorang malaikat yang mulia."
Zulaikha
bertepuk tangan tanda genbira melihat usah kejutannya brhasil dan sambil
menujuk ke jari-jari wanita yang terhiris dan mencucurkan darah itu berkatalah
ia:" Inilah dia Yusuf, yang menyebabkan aku menjadi bual-bualan ejekanmu
dan sasaran kecaman-kecaman orang Tidakkah kami setelah melihat Yusuf dengan
mata kepala memberi uzur kepadaku, bila ia menawan hatiku dan membangkitkan
hawa nafsu syahwatku sebagai seorang wanita muda yang tidak pernah melihat
orang yang setampan parasnya, seindah tubuhnya dan seluhur akhlak Yusuf?
Salahkah aku jika aku tergila-gila olehnya, sampai lupa akan kedududkanku dan
kedudukan suamiku? Kamu yang hanya melihat Yusuf sepintas lalu sudah kehilangan
kesedaran sehingga bukan buah-buahan yang kamu kupas tetapi jari-jari tanganmu
yang terhiris. Maka hairankah kalau aku yang berkumpul dengan Yusuf di bawah
satu bumbung, melihat wajah dan tubuhnya serta mendengar suaranyapada setiap
saat dan setiap detik sampai kehilangan akal sehingga tidak dapat mengawal
nafsu syahwatku menghadapinya? Aku harus mengaku didepan kamu bahawa memang
akulah yang menggodanya dan merayunya dan dengan segala daya upaya ingin
memikat hatinya dan mengundangnya untuk menyambut cintaku dan melayani nafsu
syahwatku.
Akan
tetapi dia bertahan diri, tidak menghiraukan ajakanku dan bersikap dingin
terhadap rayuan dan godaanku. Ia makin menjauhkan diri, bila aku mencuba
mendekatinya dan memalingkan pandangan matanya dari pandanganku bila mataku
menentang matanya. Aku telah merendahkan diriku sebagai isteri Ketua Polis
Negara kepada Yusuf yang hanya seorang hamba sahaya dan pembantu rumah, namaku
sudah terlanjur ternoda dan menjadi ejekan orang karenanya, maka bila tetap
membangkang dan tidak mahu memperturutkan kehendakku, aku tidak akan ragu-ragu
akan memasukkannya ke dalam penjara sepanjang waktu sebagai pengajaran baginya
dan imbalan bagi kecemaran namaku karenanya."
Mendengar
kata-kata ancaman Zulaikha terhadap diri Yusuf menggugah hati para wanita yang
menaruh simpati dan rasa kasihan kepada diri Yusuf. Mrk menyayangkan bahwa
tubuh yang indah dan wajah yang tampan serta manusia yang berbudi pekerti dan
berakhlak luhur itu tidak patut dipenjarakan dan dimasukkan ke tempat
orang-orang yang melakukan jenayah dan penjahat.
Berkata
salah seorang yang menghampirinya:" Wahai Yusuf! Mengapa engkau berkeras
kepala menghadapi Zulaikha yang menyayangimu dan mencintaimu? Mengapa engkau
menolak ajakan dan seruannya terhadapmu? Suatu keuntungan besar bagimu, bahwa
seorang wanita cantik seperti Zulaikha yang bersuamikan seorang pembesar negara
tertarik kepadamu dan menginginkan pendekatanmu. Ataukah mungkin engkau adalah
seorang lelaki yang lemah syahwat dan karena itu tidak tertarik oleh kecantikan
serta keelokan seorang wanita muda seperti Zulaikha."
Berkata
seorang tamu wanita lain:" Jika sekiranya kamu tidak tertarik kepada
Zulaikha karena kecantikannya, maka berbuatlah untuk kekayaannya dan kedudukan
suaminya. sebab jika engkau dapat menyesuaikan dirimu kepada kehendak Zulaikha
dan mengikuti segala perintahnya nescay engkau akan dianugerahi harta yang
banyak dan mungkin pangkatmu pun akan dinaikkan."
Berucap
seorang tamu lain memberi nasihat:" Wahai Yusuf! fikirkanlah baik-baik dan
camkanlah nasihatku ini: Zulaikha sudah berketetapan hati harus mencapai
tujuannya dan memperoleh akan apa yang dikehendakinya drpmu. Ia sudah terlanjur
diejek dan dikecam orang dan sudah terlanjur namanya menjadi bualan di dalam
masyarakat karena engkau maka dia mengancam bila engkau tetap berkeras kepala
dan tidak melunakkan sikapmu terhadap tuntutannya, pasti ia akan memasukkan
engkau ke dalam penjara sebagai penjahat dan penjenayah. Engkau mengetahui
bahawa suami Zulaikha adlah Ketua Polis Negara yang berkuasa memenjarakan
seseorang ke dalam tahanan dan engkau mengetahui pula bahwa Zulaikha sgt
berpengaruh kepada suaminya. Sayangilah wahai Yusuf dirimu yang masih muda
remaja dan tampan ini dan ikutilah perintah Zulaikha agar engkau selamat dan
terhindar dari akibat yang kami tidak menginginkan ke atas dirimu."
Kata-kata
nasihat dan bujukan para wanita ,Tamu Zulaikha itu didengar oleh Yusuf dengan
telinga kanan dan keluar ke telinga kirinya. Tidak suatu pun daripadanya yang
dapat turun ke lubuk hatinya atau menjadi bahan penimbangannya. Akan tetapi
walaupun ia percaya kepada dirinya, tidak akan terpengaruh oleh bujukan dan
nasihat-nasihat itu, ia merasa khuatir, bahwa jika masih tinggal lama di tengah-tengah
pergaulan itu akhirnya mungkin ia akan terjebak dan masuk ke dalam perangkap
tipu daya dan tipu muslihat Zulaikha dan kawan-kawan wanitanya.
Berdoalah Nabi
Yusuf memohon kepada Allah agar memberi ketetapan iman dan keteguhan tekad
kepadanya spy tidak tersesat oleh godaan syaitan dan tipu muslihat kaum wanita
yang akan menjerumuskannya ke dalam lembah kemaksiatan dan perbuatan mungkar.
Berucaplah ia di dalam doanya:" Ya Tuhanku! sesungguhnya aku lebih suka
dipenjarakan berbanding aku berada di luar tetapi harus memperturutkan hawa
nafsu para wanita itu. Lindungilah aku wahai Tuhanku dari pergaulan orang-orang
yang hendak membawaku ke jalan yang sesat dan memaksaku melakukan perbuatan
yang Engkau tidak redhai. Bila aku dipenjarakan akan ku bulatkan fikiranku
serta ibadahku kepadamu wahai Tuhanku. Jauhkanlah daripadaku rayuan dan tipu
daya wanita-wanita itu, supaya aku tidak termasuk dari orang-orang yang bodoh
dan sesat."
Futhifar,
Ketua Polis Negara, Suami Zulaikha mengetahui dengan pasti bahwa Yusuf bersih
dari tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Ianya pula sedar bahwa isterinyalah
yang menjadi biang keladi dalam peristiwa yang sampai mencemarkan nama baik
keluarganya. Akan tetapi ia tidak dapat berbuat selain mengikuti nasihat
isterinya yang menganjurkan agar Yusuf dipenjarakan. Karena dengan memasukkan
Yusuf ke dalam tahanan, pendapat umum akan berubah dan berbalik akan menuduh
serta menganggap Yusuflah yang bersalah dalam peristiwa itu dan bukannya
Zulaikha. Dengan demikian mrk berharap nama baiknya akan pulih kembali dan
desas-desus serta kasak-kasuk masyarakat tentang rumahtanggannya akan berakhir.
Demikianlah, maka perintah dikeluarkan oleh Futhifar dan masuklah Yusuf ke
dalam penjara sesuai dengan doanya.
Yusuf dalam penjara
Yusuf di
masukkan ke dalam penjara bukannya karena ia telah melakukan kesalahan atau
kejahatan, tetapi karena sewenang-wenangnya penguasa yang memenjarakannya untuk
menutupi dosanya sendiri dengan menempelkan dosa itu kepada orang yang
dipenjarakan. Akan tetapi bagi Nabi Yusuf, penjara adalah tempat yang aman
untuk menghindari segala godaan dan tipu daya yang akan menjerumuskannya ke
dalam kemaksiatan dan perbuatan mungkar. Bagi Yusuf hidup di dalam sebuah
penjara yang gelap dan sempit, dimana gerak bandanya dan pandangan matanya
dibatasi, adalah lebih baik dan lebih disukai drp hidup di alam bebas di mana
jiwanya tertekan dan hatinya tidak merasa aman dan tenteram. Di dalam penjara
Yusuf dpt membulatkan fikirannya dan jiwanya beribadah dan menyembah kepada
Allah.
Disamping itu
ia dpt melakukan dakwah di dalam penjara, memberi bimbingan dan nasihat kepada
pesalah, agar mrk yang telah berdosa melakukan kejahatan, bertaubat dan kembali
menjadi orang-orang yang baik, sedang kepada tahanan yang tidak berdosa yang
menjadi korban perbuatan penguasa yang sewenang-wenang dihiburkna agar mrk
bersabar dan bertakwa, bertawakkal serta beriman memohon kepada Allah
mengakhiri penderitaan dan kesengsaraan mrk.
Bersama dengan
Yusuf, dipenjarakan pula dua orang pegawai istana Raja dengan tujuan hendak
meracunkan Raja atas perintah dan dengan kerjasama dengan pihak musuh istana.
Dua pemuda pegawai yang dipenjara itu, seorang penjaga gudang mknan dan seorang
sebagai pelayan meja istana.
Pada suatu
hari pagi datanglah kedua pemuda tahanan itu ke tempat Nabi Yusuf mengisahkan
bahwa mrk telah mendpt mimpin. Si pelayan melihat ia seakan-akan berada di
tengah sebuah kebun anggur memegang gelas, seperti gelas yang sering diguna
minumkan oleh Raja, majikannya lalu diisinya gelas itu dengan perahan buah anggur.
Sedang pemuda penjaga gudang melihat dalam mimpinnya seolah-olah mendukung di
atas kepalanya sebuah keranjang yang berisi roti, roti mana disambar oleh
sekelompok burung dan di bawanya terbang. Kedua pemuda tahanan itu mengharapkan
dari Nabi Yusuf agar memberi tafsiran bagi mimpi mrk itu.
Nabi Yusuf
yang telah dikurniai kenabian dan ditugaskan oleh Allah menyampaikan
risalah-Nya kepada hamba-hamba-Nya memulai dakwahnya kepada kedua pemuda yang
datang menanyakan tafsiran mimpinnya, mengajak mrk beriman kepada Allah Yangg
Maha Esa, meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala yang mrk ada-adakan
sendiri dengan memberi nama-nama kepada berhala-berhala itu sesuka hati mrk.
untuk membuktikan kepada kedua pemuda itu bahwa ia adalah seorang Nabi dan pesuruh
Allah, berkata Nabi Yusuf:" Aku tahu dan dapat menerangkan kepada kamu,
makanan apa yang akan kamu terima, apa jenisnya dan berapa banyaknya demikian
pula jenisnya dan macam mana minuman yang akan kamu terima.
Demikian pula
dapat aku memberi tafsiran bagi mimpi seorang termasuk kedua mimpimu. Itu semua
adalah ilmu yang dikurniakan oleh Allah kepadaku. Aku telah meninggalkan agama
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari adanya hari kiamat
kelak. Aku telah mengikuti agama bapa-bapaku, Ibrahim, Ishaq dan Yaqub.
Tidaklah sepatutnya kami menyekutukan sesuatu bagi Allah yang telah
mengurniakan rahmat dan nikmat-Nya atas kami dan atas manusia seluruhnya tetapi
kebanyakkan manusia tidak menghargai nikmat Allah itu dan tidak mensyukuri-Nya.
Cubalah fikirkan wahai teman-temanku dalam penjara mana yang lebih baik dan
lebih masuk akal, penyembahan kepada beberapa tuhan yang berbeda-beda atau
penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Perkasa? Tuhan telah
memerintahkan janganlah kamu menyembahkan selain drp Dia. Itulah agama yang
benar dan lurus, tetapi banyak orang tidak mengetahui dan tidak mahu
mengerti."
" Adapun
mengenai mimpimu", Nabi Yusuf melanjutkan ceritanya," Maka takbirnya
bahwa engkau, wahai pemuda pelayan, segera akan dikeluarkan dari penjara dan
akan dipekerjakan kembali seperit sedia kala, sedangkan engkau wahai pemuda
penjaga gudang akan dihukum mati dengan disalib dan kepalamu akan menjadi makan
burung-burung yang mematuknya. Demikianlah takbir mimpimu yang telah menjadi
hukum Allah bagi kamu berdua."
Berkata Nabi
Yusuf selanjutnya kepada pemuda yang diramalkan akan keluar dari penjara:"
Wahai temanku, pesanku kepadamu, bila engkau telah keluar dan kembali bekerja
di istana sebutlah namaku dihadapan Raja, majikanmu. Katalah kepadanya bahwa
aku dipenjarakan sewenang-wenangnya, tidak berdosa dan tidak bersalah. Aku
hanya dipenjara untuk kepentingan menyelamatkan nama keluarga Ketua Polis
Negara dan atas anjuran isterinya belaka. Jangalah engkau lupakan pesananku
ini, wahai temanku yang baik."
Kemudian, maka
sesuai dengan takbir Nabi Yusuf, selang tidak lama keluarlah surat pengampunan
Raja bagi pemuda pelayan dan hukuman salib bagi pemuda penjaga gudang
dilaksanakan. Akan tetapi pesanan Nabi Yusuf kepada pemuda pelayan, tidak
disampaikan kepada Raja setelah ia diterima kembali bekerja di istana. Syaitan
telah menjadikannya lupa setelah ia menikmati kebebasan dari penjara dan dengan
demikian tetaplah Nabi Yusuf berada di penjara beberapa tahun lamanya,
penghibur para tahanan yang tidak berdosa dan mendidik serta berdakwah kepada
tahanan yang telah bersalah melakukan kejahatan dan perbuatan -perbuatan yang
buruk, agar mrk menjadi orang-orang yang baik dan bermanfaat bagi sesama
manusia dan menjadi hamba-hamba Allah yang beriman dan bertauhid.
Yusuf dibebaskan dari penjara
Pada suatu
hari berkumpullah di istana raja Mesir, para pembesar, penasihat dan para arif
bijaksana yang sengaja diundang oelh untuk memberi takbir mimpi yang telah
merunsingkan dan menakutkan hatinya. Ia bermimpi seakan-akan melihat tujuh ekor
sapi betina lain yang kurus-kurus. Disamping itu ia melihat pula dalam mimpinya
tujuh butir gandum hijau disamping tujuh butir yang lain kering.
Tidak seorang
drp. pembesar-pembesar yang didatangkan itu yang dapat memberi tafsiran takbir
bagi mimpi Raja bahkan sebahagian drp mrk menganggapkannya sebagai mimpi kosong
yang tiada bererti dan menganjurkan kepada Raja melupakan saja mimpi itu dan
menghilangkannya dari fikirannya.
Pelayan Raja,
pemuda teman Yusuf dalam penjara, pada masa pertemuan Raja dengan para
tetamunya, lalu teringat olehnya pesan Nabi Yusuf kepadanya sewaktu ia akan
dikeluarkan dari penjara dan bahwa takbir yang diberikan oleh Nabi Yusuf bagi
mimpinya adalah tepat, telah terjadi sebagaimana telah ditakdirkan. Ia lalu
memberanikan diri menghampiri Raja dan berkata:" Wahai Paduka Tuanku!
Hamba mempunyai seorang teman kenalan di dalam penjara yang pandai menakbirkan
mimpi. Ia adalah seorang yang cekap, ramah dan berbudi pekerti luhur. Ia tidak
berdosa dan tidak melakukan kesalahan apa pun. Ia dipenjara hanya atas fitnahan
dan tuduhan palsu belaka. Ia telah memberi takbir bagi mimpiku sewaktu hamba
berada dalam tahanan bersamanya dan ternyata takbirnya tepat dan benar sesuai
dengan apa yang hamba alami. Jika Paduka Tuan berkenan, hamba akan pergi
mengunjunginya di penjara untuk menanyakan dia tentang takbir mimpi Paduka
Tuan."
Dengan izin
Raja, pergilah pelayan mengunjungi Nabi Yusuf dalam penjara. Ia menyampaikan
kepada Nabi Yusuf kisah mimpinya Raja yang tidak seorang pun drp anggota
kakitangannya dan para penasihatnya dpt memberikan takbir yang memuaskan dan
melegakan hati majikannya. Ia mengatakan kepada Nabi Yusuf bahwa jika Raja dpt
dipuaskan dengan pemberian bagi takbir mimpinya, mungkin sekali ia akan dikeluarkan
dari penjara dan dengan demikian akan berakhirlah penderitaan yang akan dialami
bertahun-tahun dalam kurungan.
Berucaplah
Nabi Yusuf menguraikan takbirnya bagi mimpi Raja:" Negara akan menghadapi
masa makmur, subur selama tujuh tahun, di mana tumbuh-tumbuhan dan semua
tanaman gandum, padi dan sayur mayur akan mengalami masa menuai yang baik yang
membawa hasil makanan berlimpah-ruah, kemudian menyusuk musim kemarau selama
tujuh tahun berikutnya dimana sungai Nil tidak memberi air yang cukup bagi
ladang-ladang yang kering, tumbuh-tumbuhan dan tanaman rusak dimakan hama
ssedang persediaan bahan makanan, hasil tuaian tahun-tahun subur itu sudah
habis dimakan. Akan tetapi, Nabi Yusuf melanjutkan keterangannya, setelah
mengalami kedua musim tujuh tahun itu akan tibalah tahun basah di mana hujan
akan turun dengan lebatnya menyirami tanah-tanah yang kering dan kembali
menghijau menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang lazat yang dpt
diperah untuk diminum."
" Maka
jika takbirku ini menjadi kenyataan ," Nabi Yusuf berkata lebih
lanjut," seharusnya kamu menyimpan baik-baik apa yang telah dihasilkan
dalam tahun-tahun subur, serta berjimat dalam pemakaiannya untuk persiapan
menghadapi masa kering, agar supaya terhindarlah rakyat dari bencana kelaparan
dan kesengsaraan."
Raja setelah
mendengar dari pelayannya apa yang diceritakan oleh Nabi Yusuf tentang mimpinya
merasakan bahwa takbir yang didengarkan itu sgt masuk akal dan dpt dipercayai
bahwa apa yang telah diramalkan oleh Yusuf akan menjadi kenyataan. Ia memperoleh
kesan bahwa Yusuf yang telah memberi takbir yang tepat itu adalah seorang yang
pandai dan bijaksana dan akan sgt berguna bagi negara jikaia didudukkan di
istana menjadi penasihat dan pembantu kerajaan. Maka disuruhnyalah kembali si
pelayan ke penjara untuk membawa Yusuf menghadap kepadanya di istana.
Nabi Yusuf
yang sudah cukup derita hidup sebagai orang tahanan yang tidak berdosa, dan
ingin segera keluar dari kurungan yang mencekam hatinya itu, namun ia enggan
keluar dari penjara sebelum peristiwanya dengan isteri Ketua Polis Negara
dijernihkan lebih dahulu dan sebelum tuduhan serta fitnahan yang ditimpakan ke
atas dirinya diterangkan kepalsuannya. Nabi Yusuf ingin keluar dari penjara
sebagai orang yang suci bersih dan bahwa dosa yang diletakkan kepada dirinya
adalah fitnahan dan tipu-daya yang bertujuan menutupi dosa isteri Ketua Polis
Negara sendiri.
Raja Mesir
yang sudah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dan terkesan oleh takbir yang
diberikan bagi mimpinya secara terperinci dan menyeluruh makin merasa hormat
kepadanya, mendengar tuntutannya agar diselesaikan lebih dahulu soal tuduhan
dan fitnahan yang dilemparkan atas dirinya sebelum ia dikeluarkan dari penjara.
Hal mana menurut fikiran Raja menandakan kejujurannya, kesucian hatinya dan
kebesaran jiwanya bahwa ia tidak ingin dibebaskan atas dasar pengampunan tetapi
ingin dibebaskan karena ia bersih dan tidak bersalah serta tidak berdosa.
Tuntutan Nabi
Yusuf diterima oleh Raja Mesir dan segera dikeluarkan perintah mengumpulkan
para wanita yang telah menghadiri jamuan makan Zulaikha dan terhiris hujung
jari tangan masing-masing ketika melihat wajahnya. Di hadapan Raja mereka
menceritakan tentang apa yang mrk lihat dan alami dalam jamuan mkn itu serta
percakapan dan soal jawab yang mrk lakukan dengan Nabi Yusuf. Mrk menyatakan
pesan mrk tentang diri Nabi Yusuf bahwa ia seorang yang jujur, soleh, bersih
dan bukan dialah yang salah dalam peristiwanya dengan Zulaikha. Zulaikha pun
dalam pertemuan itu, mengakui bahwa memang dialah yang berdosa dalam peristiwanya
dengan Yusuf dan dialah yang menganjurkan kepada suaminya agar memenjarakan
Yusuf untuk memberikan gambaran palsu kepada masyarakat bahwa dialah yang salah
dan bahwa dialah yang memperkosa kehormatannya.
Hasil
pertemuan Raja dengan para wanita itu di umumkan agar diketahui oleh seluruh
lapisan masyarakat dan dengan demikian terungkaplah tabir yang meliputi
peristiwa Yusuf dan Zulaikha. Maka atas, perintah Raja, dikeluarkanlah Nabi
Yusuf dari penjara secara hormat, bersih dari segala tuduhan. Ia pergi langsung
ke istana Raja memenuhi undangannya.
Yusuf diangkat sebagai wakil
raja Mesir
Raja Mesir
yang telah banyak mendengar tentang Nabi Yusuf dari pelayannya, teman Nabi
Yusuf dalam penjara, dari kesaksian wanita-wanita, tamu Zulaikha dalam jamuan
makan dan dari Zulaikha sendiri, makin bertambah rasa hormatnya dan kagumnya
terhadap Nabi Yusuf setelah berhadapan muka dan bercakap-cakap dengan beliau
sekeluarnya dari penjara.
Kecerdasan
otak Nabi Yusuf, pengetahuannya yang luas, kesabaran , kejujurannya,
keramah-tamahannya dna akhlak serta budi pekerti luhurnya, menurut fikiran Raja
akan sangat bermanfaat bagi kerajaannya bila Nabi Yusuf diserahi pimpinan
negara dan rakyat. Maka kepada Nabi Yusuf dalam pertemuan pertamanya dengan Raja
ditawarkan agar ia tinggal di istana mewakili Raja menyelenggarakan
pemerintahan serta pengurusan negara serta memimpin rakyat Mesir yang
diramalkan akan menghadapi masa-masa sukar dan sulit.
Nabi Yusuf
tidak menolak tawaran Raja Mesir itu. Ia menerimanya asal saja kepadanya diberi
kekuasaan penuh dalam bidang kewangan dan bidang pengedaran bhn makanan, karena
menurut pertimbangan Nabi Yusuf, kedua bidang yang berkaitan antara satu sama
lain itu merupakan kunci dari kesejahteraan rakyat dan kestabilan negara. Raja
yang sudah mempunyai kepercayaan penuh terhadap diri Nabi Yusuf, terhadap
kecerdasan otaknya, kejujuran serta kecekapannya menyetujui fikiran beliau dan
memutuskan untuk menyerahkan kekuasaannya kepada Nabi Yusuf dalam suatu upacara
penobatan yang menurut lazimnya dan kebiasaan yang berlaku.
Pada hari
penobatan yang telah ditentukan, yang dihadiri oleh para pembesarnegeri dan
pemuka-pemuka masyarakat, Nabi Yusuf dikukuhkan sebagai wakil Raja, dengan
mengenakan pakaian kerajaan dan di lehernya dikalung dengan kalung emas,
kemudian raja di hadapan para hadiri melepaskan cincin dari jari tangannya lalu
dipasangkannya ke jari tangan Nabi Yusuf, sebagai tanda penyerahan kekuasaan
kerajaan.
Setelah
selesai penobatan dan serah terima jabatan Nabi Yusuf A.S. maka Raja Mesir
berkenan untuk mengahwinkan Yusuf dengan Zulaikha {Rail} janda majikannya yang
telah mati ketika Nabi Yusuf A.S. masih dalam penjara.
Kemudian
setelah Nabi Yusuf bergaul dengan isterinya ia berkata:" Tidakkah ini
lebih baik drp apa yang anda kehendaki dahulu itu." Jawab Zulaikha
{Raail}: "Wahai orang yang jujur baik, jangan mencelaku. Anda mengetahui
bahwa aku dahulu sedemikian muda dan cantik, dalam keadaan serba mewah, sedang
suamiku lemah, tidak dpt memuaskan isteri dan dijadikan oleh Allah sedemikian
tampannya, maka aku kalah dengan hawa nafsuku". Demikianlah keadaannya,
karena itu Nabi Yusuf A.S. masih bertemu dengan Zulaikha dalam keadaan gadis,
dan mendpt dua orang putera drpnya, Ifratsim dan Minsya bin Yusuf.
Demikianlah
rahmat dan kurniaan Tuhan yang telah memberi kedudukan tinggi dan kerajaan
besar kepada hamba-Nya Nabi Yusuf setelah mengalami beberapa penderitaan dan
ujian yang berat, yang dimulai dengan pelemparannya ke dalam sebuah perigi oleh
saudara-saudaranya sendiri, kemudian dijual-belikannya sebagai hamba dalam
suatu penawaran umum dan pada akhirnya setelah ia mulai merasa ketenangan hidup
di rumah Ketua Polis Mesir datanglah godaan dan fitnahan yang berat bagi
dirinya di mana nama baiknya dikaitkan dengan suatu perbuatan maksiat yang
menyebabkan ia meringkok dalam penjara selama bertahun-tahun.
Sebagai
penguasa yang bijaksana, Nabi Yusuf memulakan tugasnya dengan mengadakan
lawatan ke daerah-daerah yang termasuk dalam kekuasaannya untuk berkenalan
dengan rakyat jelata serta daerah yang diperintahnya dari dekat, sehingga
segala rancangan dan peraturan yang akan diadakan dpt memenuhi keperluan dan
sesuia dengan iklim dan keadaan daerah.
Dalam masa
tujuh tahun pertama Nabi Yusuf menjalankan pemerintahan di Mesir, rakyat merasakan
hidup tenteram , aman dan sejahtera. Barang-barang keperluan cukup terbahagi
merata dijangkau oleh semua lapisan masyrakat tanpa terkecuali. Dalam pada itu
Nabi Yusuf tidak lupa akan peringatan yang terkandung dalam mimpi Raja Mesir,
bahwa akan dtg masa tujuh tahun yang sukar dan sulit. Maka untuk menghadapi
masa itu, Nabi Yusuf mempersiapkan gudang dan kepuk-kepuk bagi penyimpanan bhn
mknan untuk musim kemarau yang akan dtg.
Berkat
pengurusan yang bijaksana dari Nabi Yusuf, maka setelah masa hijau dan subur
berlalu dan masa kemarau kering tiba, rakyat Mesir tidak sampai mengalami krisi
makanan atau derita kelaparan. Persediaan bhn mknan yang dihimpun di waktu masa
hijau dan subur dpt mencukupi keperluan rakyat selama masa kering, bahkan masa
dapat menolong masyarakat Mesir yang sudah kekurangan bhn makanan dan
menghadapi bahaya kelaparan.
Pertemuan Yusuf A.S dengan
saudara-saudaranya
Kemudian
dtglah orang berduyun-duyun dari kota dan desa-desa pinggiran Mesir, bahkan
dari negara-negara yang berhampiran Mesir yang sudah kekurangan bhn makanan
bagi rakyatnya. Mrk dtg bagi mengharapkan pertolongan Nabi Yusuf untuk memberi
kesempatan membeli gandum serta lain-lain bhn mknan yang masih tersedia dalam
gudang-gudang pemerintah.
Di antara para
pendatang yang ingin berbelanja di Mesir terdapat rombongan orang-orang
Palestin, termasuk di antara mrk ialah saudara-saudara Nabi Yusuf sendiri,
ialah penyebab utama bagi penderitaan yang telah di alaminya. Nabi Yusuf segera
mengenal mereka tetapi sebaliknya mrk tidak mengenal akan Nabi Yusuf yang
pernah dilemparkan ke dalam telaga. Bahkan tidak terlintas dalam fikiran mrk
bahwa Yusuf masih hidup, apa lagi menjadi orang besar memimpin negara Mesir
sebagai wakil Raja yang berkuasa mutlak.
Atas pertanyaan
Nabi Yusuf berkatalah jurucakap rombongan putera-putera Yaqub: "Wahai
Paduka Tuan, kami adalah putere-putera Yaqub yang kesemuanya adalah dua belas
orang Yang termuda di antara kami putera ayah yang bongsu kami tinggalkan rumah
untuk menjaga ayah kami yang talah lamjut usia dan buta pula. Seorang saudara
lain telah lama meninggalkan rumah dan hingga kami tidak mengetahui di mana dia
berada. Kami datang kemari atas perintah ayah kami, agar memohon pertolongan
dna bantuan Paduka Tuan yang budiman, kiranya dpt memberi kesempatan
memperkenankan kami membeli gandum dari pesediaan pemerintahan tuan, bagi
memenuhi keperluan kami yang sgt mendesak, sehubungan dengan krisis bhn makanan
yang menimpa daerah kami."
Berkata Nabi
Yusuf menjawab keterangan-keterangan saudaranya itu: "Sesungguhnya kami
meragukan identiti kamu dan menyangsikan keteranganmu ini. Kami tidak dpt
mengabaikan adanya kemungkinan bahwa kamu adalah mata-mata yang dikirim oleh
musuh-musuh kami untuk mengadakan kekecohan dan kekacauan di negeri kami
karenanya kami menghendaki memberi bukti-bukti yang kuat atas kebenaran
kata-katamu atau membawa saksi-saksi yang kami percaya bahwa kamu adalah
beul-betul putera-putera Yaqub."
"Paduka
Tuan Yang bijaksana", menyambut jurucakap itu, "Kami adalah orang-orang
musafir gharib di negeri tuan, tidak seorang pun di sini mengenal kami atau
kami kenal, maka sukar sekali bagi kami pada masa ini memberi bukti atau
membawa saksi sebagaimana Paduka Tuan serukan. Maka kami hanya berpasrah kepada
Paduka Tuan untuk memberi jalan kepada kami dengan cara bagaimana kami dpt
memenuhi seruan paduka itu."
"Baiklah",
Nabi Yusuf berkata, "Kali ini kami memberi kesempatan kepada kamu untuk
membeli gandum dari gudang kami secukupnya keperluaan kamu sekeluarga dengan
syarat bahwa kamu harus kembali kesini secepat mungkin membawa saudara bongsumu
yang kamu tinggalkan dirumah. Jiak syarat ini tidak dipenuhi, maka kami tidak
akan melayani keperluan kamu akan gandum untuk masa selanjutnya." Berkata
abang kepada Yusuf yang tidak mengenalkannya itu: "Paduka Tuan kami
mengira bahwa ayah kami tidak akan mengizinkan kami membawa adik bongsu kami ke
sini, karena ia adalah kesayangan ayah kami yang sangat dicintai dan dia adalah
penghibur ayah yang menggantikan kedudukan saudara kami Yusuf, sejak ia keluar
dari rumah menghilangkan tanpa meninggalkan bekas. Akan tetapi bagaimana pun
untuk kepentingan kami sekeluarga, akan kami usahakan sedapat mungkin memujuk
ayah agar memngizinkan kami membawa adik kami Benyamin ke mari dalam kesempatan
yang akan datang."
Sejak awal
Nabi Yusuf melihat wajah-wajah saudaranya yang dtg memerlukan gandum, tidak ada
niat sedikit pun dalam hatinya hendak mempersukarkan missi mrk sebagai balas
dendam atas perbuatan yang mrk telah lakukan terhadap dirinya. Soal jawab yang
dilakukan dengan mrk hanya sekadar ingin mengetahui keadaan ayah dan adik
bongsunya, Benyamin yang sudah bertahun-tahun ditinggalkan dan hanya sekadar
taktik untuk mempertemukan kembali dengan ayah dan saudara-saudaranya yang
sudah lama terpisah.
Kemudian Nabi
Yusuf memerintahkan pegawai-pegawainya mengisi karung-karung saudaranya dengan
gandum dan bhn makanan yang mrk perlu. Sedang brg-brg emas dan perak yang mrk
bawa untuk harga gandum dan bhn makn itu, diisikan kembali ke dalam
karung-karung mrk secara diam-diam tanpa mrk ketahui.
Setibanya
kembali di Palestin berceritalah mrk kepada ayahnya Yaqub tentang perjalanan
mrk dan bagaimana Yusuf menerima mrk, yang dipujinya sebagai penguasa yang
bijaksana, adil, sabar, rendah hati dan sangat ramah-tamah. Tanpa sedikit
kesukaran pun mrk telah diberikan hajat mrk dari gandum yang diisikan sekali
oleh pegawai-pegawai Yusuf ke dalam karung mrk.Disampaikan pula oleh mrk kepada
ayahnya, bahwa mrk diharuskan oleh Yusuf membawa adik bongsu mrk ke Mesir, bila
mrk dtg lagi untuk membeli gandum dan bhn mknan. Tanpa membawa adik termaksud,
mrk tidak akan dilayani dan diperkenankan membeli gandum yang mrk perlukan.
Karenanya mrk dari jauh-jauh mohon agar mrk diperkenankan membawa adik mrk
Benyamin bila mrk harus kembali ke Mesir untuk membeli gandum.
Berkata Nabi
Yaqub serta merta setelah mendengar cerita
putera-puteranya:"Tidak,sesekali tidak akanku berikan izinkan kepadamu
untuk membawa Benyamin jauh drpku. Aku tidak akan mempercayakan Benyamin
kepadamu setelah apa yang terjadi dengan diri Yusuf adikmu.Kamu telah berjanji
akan menjaganya baik-baik, bahkan sanggup mengorbankan jiwa-ragamu untuk
keselamatannya.
Akan tetapi
apa yang telah terjadi adalah sebaliknya. Kamu pulang ke rumah dalam keadaan
selamat, sedang adikmu Yusuf, kamu lepaskan menjadi mangsa serigala. Cukuplah
apa yang telahku alami mengenai diri Yusuf dan janganlah terulang lagi kali ini
mengenai diri Benyamin".
Ketika
karung-karung yang dibawa kembali dari Mesir dibongkar, ternyata didalamnya
terdpt barang-barang emas dan perak yang telah mrk bayarkan untuk harga gandum
yang dibeli. Maka seraya tercengang bercampur gembira, berlari-larilah mrk
menyampaikan kehairanan mrk kepada ayahnya. Mereka berkata: "Wahai ayah!
KAmi tidak berdusta dalam cerita kami tentang itu penguasa Mesir orang baik
hati. Lihatlah brg-brg emas dan perak yang telah kami bayarkan untuk ganti
gandum yang kami terima, dipulangkan kembali ke dalam karung-karung kami tanpa
kami mengetahui. Jadi apa yang kami bawa ini adalah pemberian percuma dari
penguasa Mesir yang sgt murah hati itu."
Dengan
diperolehnya gandum, bantuan percuma dari putera yang tidak mrk kenali,
keluarga Yaqub menjadi tenang dan merasa buat beberapa waktu, bahwa api didapur
rumah akan tetap menyala. akan tetapi persediaan yang terbatas itu tidak
bertahan lama jika tidak disusul dengan pengisian stok baru selama musim
kemarau belum berakhir. Demikianlah maka Nabi Yaqub yang melihat persediaan
gandumnya makin hari makin berkurangan sedangkan tanda-tanda krisis makanan belum
nampak, terpaksalah ia mengutus putera-puteranya kembali ke mesir untuk
memperoleh bekalan untuk kedua kalinya dari Yusuf wakil Raja negeri itu. Dan
karena putera-putera Yaqub tidak akan berangkat ke Mesir tanpa Benyamin, sesuai
janji mrk kepada Yusuf, maka terpaksa pulalah Yaqub mengikut sertakan putera
bongsunya Benyamin dalam rombongan abg-abgnya.
Dengan iringan
doa serta nasihat si ayah, berangkatlah kafilah putera-putera Yaqub yang
terdiri dari sebelas orang Setiba mrk diperbatasan kota berpisahlah menjadi
beberapa kelompok memasuki kota dari arah yang berlainan sesuai dengan pesan
ayah mrk untuk menghindari timbulnya iri hati penduduk serta prasangka dan
tuduhan bahwa mrk adalah mata-mata musuh.
Setibanya di
istana kerajaan mrk diterima oleh adik mereka sendiri Yusuf yang belum mrk
kenal kembali, dengan penuh ramah-tamah dan dihormati dengan jamuan makan. Bagi
mrk disediakan tempat penginapan untuk setiap dua orang sebuah rumah, sedang
adik bongsu Yusuf, Benyamin diajak bersamanya menginap didalam istana.
Sewaktu berada
berduaan dengan Yusuf, Benyamin mencucurkan airmata seraya berkata kepada
abangnya yang belum dikenal kembali: "Andaikan abgku Yusuf masih hidup,
nescaya engkau akan menempatkan aku bersamanya di sebuah rumah tersendiri
sebagaimana saudara-saudaraku yang lain." Yusuf lalu menghiburkan hati
adiknya dengan kata-kata: "Sukakah engkau bila aku menjadi abgmu
menggantikan abgmu yang hilang itu?" Benyamin menjawab: "Tentu namun
sayang sekali bahwa engkau tidak dilahirkan oleh ayahku Yaqub dan ibuku
Rahil."
Mendengar
kata-kata si adik yang merawankan hati itu, bercucurlah air mata Yusuf, lalu
memeluk adiknya sambil mengaku bahwa dia adalah Yusuf, abgnya yang hilang itu.
Ia menceritakan kepada adiknya penderitaan -penderitaan yang telah dialami sejak
ia dicampakkan ke dalam perigi , diperjual-belikan sebagai hamba sahaya,
ditahannya dalam penjara selama bertahun-tahun tanpa dosa dan akhirnya berkat
rahmat dan kurniaan Tuhan diangkatlah ia sebagai wakil raja yang berkuasa
mutlak. Yusuf mengakhiri beritanya dengan berpesan kepada adiknya, agar
merahsiakan apa yang telah ia dengarkan dan jangan sampai diketahui oleh
saudara-saudaranya yang lain.
Alangkah
gembiranya Benyamin mendengar cerita abgnya yang selalu dikenangnya sejak ia
hilang meninggalkan rumah bersama-sama saudara-saudaranya berkelah beberapa
tahun yang lalu. Ia segera memeluk abangnya kembali seraya berkata: "Aku
tidak dapat bayangkan betapa gembiranya ayah bila ia mendengar bahwa engkau
masih hidup dalam keadaan segar bugar, sihat afiat, menguasai suatu kerajaan
besar, tinggal didalam istana yang diliputi oleh segala kemewahan dan
kemegahan. Sebab sejak engkau menghilang ayah kami tidak pernah terlihat
gembira. Ia selalu diliputi oleh rasa sedih dan duka, tidak pernah sedikit pun
bayanganmu terlepas dari ingatannya. Demikianlah keadaan ayah kami hai Yusuf
sejal engkau menghilangkan rumah dan menghilang, sampai-sampai menjadi putih
matanya karena kesedihan dan tangisnya yang tidak ada hentinya."
Yusuf menahan Benyamin sebagai
tahanan
Yusuf menerima
saudara-saudaranya sebagai tamu selama tiga hari tiga malam. Setelah selesai
masa bertamu bersiap-siaplah mereka untuk pulang kembali ke negerinya, sesudah
karung-karung mrk diisi dengan penuh {gandum} dam bhn-bhn makanan lain yang mrk
perlukan.
Setelah
berjabat tangan, meminta diri dari Yusuf, bergeraklah kafilah mrk menuju pintu
gerbang ke luar kota. Tetapi sebelum kafilah sempat melewati batas kota,
tiba-tiba beberapa pengawal istana yang berkuda mengejar mrk dan memerintah
agar berhenti dan dilarang meneruskan perjalanan, sebelum diadakan pemeriksaan
terhadap brg-brg mrk bawa. Para pengawal mengatakan bahwa sebuah piala gelas
minum raja telah hilang dan mungkin salah seorang drp mrk yang mencurinya.
Kafilah
berhenti di tempat dan dengan hairan berkatalah jurucakap mrk: "Demi Allah
kami dtg kemari bukannya untuk mengacau dan sgt tidak mungkin bahwa salah
seorang drp kami akan mencuri piala itu. Kami adalah putera-putera Yaqub
pesuruh Allah. Kami sudah merasa berhutang budi kepada raja dan banyak berterimakasih
atas bantuan yang telah diberikan kepada kami. Masakan kami akan membalas
kebaikan hati raja dengan mencuri brg-brgnya? Namun untuk membenarkan kata-kata
kami, kami tidak berkeberatan karung-karung dan brg-brg kami dibongkar dan
digeledah sepuas-puasnya. Dan bila ternyata ada salah seorang drp kami yang
kedapatan piala itu di dalam kumpulan brg-brgnya, kami rela menyerahkannya
kepada raja untuk diberi ganjaran yang setimpal."
Penggeledahan
dilakukan oleh para pengawal, brg-brg serta karung-karung diturunkan dari atas
punggung unta, dibongkar dan diperiksa. Sejurus kemudian berteriaklah salah
seorang pengawal dengan memegang piala di tangannya seraya berkata:
"Inilah dia piala yang hilang."
Para anggota
rombongan terkejut, mengangakan mulut, sambil memandang satu dengan yang lain
kehairan-hairanan, seakan-akan masing-masing bertanya di dalam diri sendiri,
gerangan musibah apakah yang menimpa mrk ini? sgt berat bahkan tidak mungkin,
mrk akanpercaya bahwa salah seorang dari rombongan bersaudara itu melakukan
perbuatan yang akan mencemarkan nama baik mrk. Namun yang mrk saksikan dengan
mata kepalanya masing-masing tidak dpt dimungkiri dan ditolak kebenarannya.
Bertanya
pemimpin rombongan kepada pengawal, dari mana mrk dptkan piala itu. Mereka
menujukan kepada salah satu bagasi, yang ternyata bahwa bagasi itu adalah
kepunyaan adik bongsu mrk Benyamin. MAka sesuai dengan persetujuan yang telah
disepakati, ditahanlah Benyamin dan tidak diizinkan menyertai rombongan itu
pulang.
Pada masa itu
terbayanglah dihadapan mrk wajah Yaqub ayah mrk, yang sedang buta dan mengidap
penyakit karena tidak henti-hentinya mengenangkan dan mengingati Yusuf. Ayah
yang dengan susah payah dan dengan rasa berat melepaskan Benyamin menyertai mrk
ke Mesir karena khuatir berulangnya kembali tragedi Yusuf akan dialami oleh
adik bongsunya Benyamin. Bagaimana harus mrk hadapi ayah mrk yang telah
diberikan janji yang teguh atas nama Allah akan membawa Benyamin kembali? Dan
apakah akan percaya ayah mrk bial diberitahu bahwa Benyamin telah ditahan di
Mesir karena mencuri piala raja? Tidakkah berita itu kelak akan menjadikan
penyakit ayah mrk makin parah, bahkan mungkin akan membinasakannya dan
mengakhiri hayatnya?
Selagi
pertanya-pertanya itu berputar di dalam fikiran abg-abgnya, Benyamin termenung
seorang diri, tidak berkata sepakat kata pun. Ia ternganga kehairanan,
bagaimana piala itu boleh didpti di dalam bagasinya. PAdahal ia sesekali tidak
merasa menyentuhnya. Ia ingin menolak tuduhan dan menyangkal dakwaan terhadap
dirinya, namun akan merasa sia-sia belaka, bahkan akan menambah menjengkelkan
para pengawak yang telah mengeluarkan piala dari bagasinya sebagai bukti yang
nyata yang tidak dpt dibantah. Ia hanya berpasrah kepada Allah Yang Mengetahui
bahwa ia bersih dari tuduhan mencuri.
Anggota
rombongan ramai-ramai mendatangi Yusuf, memohon kebijaksanaannya agar menerima
salah seorang drp mrk untuk menggantikan Benyamin sebagai tahanan. Berkata mrk:
"Wahai Paduka Tuan! kami sedar bahwa adik bongsu kami bersalah dan kami
tidak dpt memungkiri kenyataan yang telah kami saksikan dengan mata kepala kami
ketika piala diketemukan di dalam bagasinya. Akan tetapi memohon kebijaksanaan
dan belas kasihan Tuan agar adik kami Benyamin meninggalkan Mesir dan sebagai
gantinya Paduka Tuan dpt menuju salah seorang drp kami sebagai tahanan. Sebab
bila rombongan kami tiba di tempat tanpa Benyamin, hal itu akan sgt menyedihkan
ayah kami, bahkan mungkin dpt membinasakan jiwanya. Ayah kami yang sudah lanjut
usia, hampir mencapai satu abad, berada dalam keadaan sakit, sejak kehinagan
putera kesayangannya Yusuf. Adalah adik kami Benyamin ini yang menjadi
penghibur hatinya yang dirundung duka dan sedih sepanjang hayatnya. Ia bahkan
tidak mengizinkan kami membawanya kemari kalau tidak karena terpaksa telah
berkurangnya persediaan gandum di rumah. Maka sangat kami harapkan belas
kasihan Paduka Tuan kepada ayah kami dengan melepaskan Benyamin dan menahan
salah seorang daripada kami sebagai gantinya."
Yusuf menolong
permohonan abg-abgnya dan berpegang teguh pada persepakatan yang telah sama
dipersetujui, bahwa brg siapa kedapatan piala di dalam bagasinya akan ditahan,
apa lagi menurut syariat Nabi Yaqub bahwa brg siapa yang mencuri maka
hukumannya ialah si pencuri dijadikan hamba satu tahun lamanya.
Dalam
permusyawaratan yang telah dilakukan oleh abg-abg Yusuf telah gagal memperoleh
persetujuannya melepaskan Benyamin dari tahanan, berkatalah Yahudza, saudara
tertua di antara mrk: "Aku tidak mempunyai muka untuk mengadap ayah tanpa
Benyamin. Kami telah mendurhakai ayah dengan melemparkan Yusuf ke dalam perigi
sehinggakan menjadi ayah menderita sepanjang hayat dan kini akan menambahkan
lagi penderitaan ayah dengan meninggalkan Benyamin seorang diri disini tanpa
kami mengetahui nasib apa yang akan dialaminya sedang kami talah berjanji dan
bersumpah akan membawanya kembali jika apa pun yang akan kami hadapi untuk
menjaga keselamatannya. Karenanya aku akan tinggal disini buat sementara dan
tidak akan pulang ke rumah sebelum ayah memanggilku dan mengizinkanku kembali.
Pergilah kamu segera pulang kembali dan ceritakanlah kepada ayah apa yang telah
terjadi dengan sebenarnya dan bila ayah tidak mempercayaimu, disebabkan
pengalamannya dengan Yusuf, maka biarlah ia menanya kepada kafilah-kafilah dan
orang -orang yang telah menyaksikan peristiwa penggeledahan dengan mata kepala
mrk sendiri di tempat kami ditahan.
Berangkatlah
kafilah Yaqub kembali ke tanah airnya dengan hanya terdiri dari sembilan orang,
meninggalkan di belakang mrk abg sulungnya Yahudza dan adik bongsunya Benyamin.
Setiba mrk di rumah hanya dengan sembilan orang dan menghadap ayahnya
menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Benyamin dan Yahudza. Nabi Yaqub
berkata seraya berpaling drp mereka dan mengusap dada: "Oh alangkah
sedihnya hatiku karena hilangnya Yusuf yang masih terbayang wajahnya di depan
mataku. Kini kamu tambah lagi penderitaanku dengan meninggalkan Benyamin di
negeri orang untuk kedua kalinya kamu melanggar janjimu dan sumpahmu sendiri
dan untuk kedua kalinya aku kehilangan putera yang sgt aku sayangi dan hanya
dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan itu. Semoga Allah memberi
kesabaran kepadaku dan mempertemukan ku kembali dengan anak-anakku
semuanya."
Berkata
putera-puteranya menjawab: "Wahai ayah! Demi Allah engkau akan mengidap
penyakit yang berat dan akan binasalah engkau bila engkau terus menerus
mengenangkan Yusuf dan tidak berusaha menghilangkan bayangannya dari
fikiranmu."
Menjawab
teguran putera-puteranya itu berucaplah Yaqub: "Sesungguhnya hanya kepada
Allah aku mengadukan nasibku, kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari
Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya."
Kemudian ,
mengenai diri Benyamin yang ditahan oleh pengawal-pengawal kerajaan, maka
sepeninggalan abg-abgnya, oleh Yusuf diberitahu bahwa piala raja yang terdapat
di dalam bagasinya, adalah perbuatan pengawal-pengawalnya yang memang sengaja
diperintah oleh beliau untuk diisikan ke dalam bagasi Benyamin itu dengan
maksud menahannya tinggal bersamanya di dalam istana. Ia membesarkan hati
adiknya dengan meramalkan bahwa akan tiba kelak suatu saat di mana ia dengan
adiknya dan seluruh keluarga akan bertemu dan berkumpul kembali.
Pertemuan kembali keluarga Yaub
Sejak
kembalinya kafilah putera-puteranya dari Mesir tanpa Benyamin dan Yahudza, maka
duka nestapa dan kesedihan Yaqub makin mendalam dan menyayat hati. Ia tidak
merasakan tidur bermalam-malam, mengenangkan ketiga puteranya yang tidak
berketentuan tenpat dan nasibnya. Ia hanya terasa terhibur bial ia sedang
menghadap kepada Allah, bersolat, bersujud seraya memohon kepada Allah agar
mengurniainya kesabaran dan keteguhan iman menghadapi ujian dan percubaan yang
sedang ia alami.
Ia kadangkala
berkhalwat seorang diri melepaskan air matanya bercucuran sebebas-bebasnya
untuk melegakan dadanya yang sesak.
Fizikal Nabi
Yaqub makin hari makin menjadi lemah, tubuhnya makin kurus hungga tunggal kulit
melekat pada tulang, ditambah pula dengan kebutaan matanya yang menjadi putih.
Hal mana menjadikan putera-puteranya khuatir terhadap kelangsungan hidupnya.
Mrk menegurnya dengan mengatakan: "Wahai ayah! Ayah adalah seorang Nabi
dan pesuruh Allah yang drp-Nya wahyu diturunkan dan drpnya kami mendpt tuntutan
dan ajaran beriman. Sampai bilakah ayah bersedih hati dan mencucurkan air mata
mengenangkan Yusuf dan Benyamin. Tidak cukupkah sudah bahwa banda ayah hanya
tinggal kulit di atas tulang dan mata ayah menjadi buta? Kami sgt khuatir bahwa
ayah akan menjadi binasa bila tidak menyedarkan diri dan berhenti mengenangkan
Yusuf dan Benyamin".
Yaqub menjawab
teguran putera-puteranya itu mengatakan: "Kata-kata teguranmu bahkan
menambahkan kesedihan hatiku dan bahkan membangkitkan kembali
kenangan-kenanganku pada masa yang lalu, di mana semua anak-anak ku berkumpul
di depan mataku. Aku berkeyakinan bahwa Yusuf masih hidup dan suara hatiku
membisikkan kepadaku bahwa ia masih berkeliaran di atas bumi Allah ini, namun
di mana ia berada dan nasib apa yang ia alami, hanya Allahlah yang
mengetahuinya. Bila kamu benar-benar sayang kepadaku dan ingin melegakan hatiku
serta menghilangkan rasa sedih dan dukacitaku, pergilah kamu merantau mencari
jejak Yusuf dan berusahalah sampai menemuinya dan setidak-tidaknya mendapat
keterangan di mana ia berada sekarang dan jangan sesekali berputus asa karena
hanya orang-orang kafirlah yang berputus asa dari rahmat Allah".
Seruan Yaqub
dipertimbangkan oleh putera-puteranya dan diterimanyalah saranannya,
setidak-tidaknya ia sekadar membesarkan hati si ayah dan meredakan rasa
penderitaannya yang berlarut-larutan. Dan sekali pun mrk merasa tidak mungkin
mendapat Yusuf dalam keadaan hidup, namun bila mrk berhasil memujuk penguasa
Mesir mengembalikan Benyamin, maka hal itu sudah cukup merupakan penghibur bagi
ayah mrk serta ubat yang dpt meringankan rasa sakit hatinya.
Racangan
perjalanan dirundingkan dan terpilihlah Mesir sebagai tujuan pertama dari
perjalanan mrk mencari jejak Yusuf sesuai dengan seruan Yaqub dengan maksud
sampingan ialah membeli gandum untuk mengisi persediaan yang sudah berkurang.
Tibalah
kafilah putera-putera Yaqub di Mesir untuk ketiga kalinya dan dalam pertemuan
mrk dengan Yusuf, wakil raja Mesir yang berkuasa, berkatalah jurucakap mrk:
"Wahai Paduka Tuan! Keadaan hidup yang sukar dan melarat di negeri kami
yang disebabkan oleh krisis bhn makanan yang belum teratasi memaksa kami dtg kembali
untuk ketiga kalinya mengharapkan bantuan dan murah hati paduka tuan,
kedatangan kami kali ini juga untuk mengulang permohonan kami kepada paduka
tuan dptlah kiranya adik bongsu kami Benyamin dilepaskan untuk kami bawa
kembali kepada ayahnya yang sudah buta kurus kering dan sakit0sakit sejak
Yusuf, abang Benyamin hilang. Kami sgt mengharapkan kebijaksanaan paduka tuan
agar melepaskan permohonan kami ini, kalau-kalau dengan kembalinya Benyamin
kepada pangkuan ayahnya dpt meringankan penderitaan batinnya serta memulihkan
kembali kesihatan badannya yang hanya tinggal kulit melekat pada
tulangnya."
Kata-kata yang
diucapkan oleh abg-abgnya menimbulkan rasa haru pd diri Yusuf dan tepat
mengenai sasaran di lubuk hatinya, menjadikan ia merasakan bahwa masanya telah tiba
untuk mengenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya dan dengan demikian akan
dapat mengakhiri penderitaan ayahnya yang malang itu. Berucaplah Yusuf kepada
saudara-saudaranya secara mengejek: "Masih ingatkah kamu apa yang telah
kamu lakukan terhadap adikmu Yusuf, tatkala kamu memperturutkan hawa nafsu
melemparkannya ke dalam perigi di suatu tempat yang terpencil? Dan masih
teringatkah olehmu tatkala seorang drpmu memegang Yusuf dengan tangannya yang
kuat, menanggalkan pakaiannya daritubuhnya lalu dalam keadaan telanjang bulat
ditinggalkannyalah ia seorang diri di dalam perigi yang gelap dan kering itu,
lalu tanpa menghiraukan ratap tangisnya, kamu kembali pulang ke rumah dengan
rasa puas seakan-akan kamu telah membuang sebuah benda atau seekor binatang yang
tidak patut dikasihani dan dihiraukan nasibnya?"
Mendengar
kata-kata yang diucapkan oleh wakil raja Mesir itu, tercenganglah para saudara
Yusuf, bertanya-tanya kepada diri sendiri masing-masing, seraya mamandang
antara satu dengan yang lain, bagaimana peristiwa itu sampai diketahuinya
secara terperinci, padahal tidak seorang pun drp mereka pernah membocorkan
berita peristiwa itu kepada orang lain, juga kepada Benyamin pun yang sedang
berada di dalam istana raja. Kemudian masing-masing dari mereka menyorotkan
matanya, mulutmya dan seluruh tubuhnya dari kepala sampailah ke kaki. Dicarinya
ciri-ciri khas yang mrk ketahui berada pada tubuh Yusuf semasa kecilnya. Lalu
berbisik-bisiklah mrk dan sejurus kemudian keluarlah dari mulut mereka secara
serentak suara teriakan : "Engkaulah Yusuf".
"Benar",Yusuf
menjawab, "Akulah Yusuf dan ini adalah adikku setunggal ayah dan ibu,
Benyamin. Allah dengan rahmat-Nya telah mengakhiri segala penderitaanku dan
segala ujian berat yang telah aku alami dan dengan rahmat-Nya pula kami telah
dikurniai nikmat rezeki yang melimpah ruah dan penghidupan yang sejahtera.
Demikianlah barangsiapa yang bersabar, bertaqwa serta bertawakkal tidaklah akan
luput dari pahala dan ganjarannya."
Setelah
mendengar pengakuan Yusuf, berubahlah wajah mereka menjadi pucat. Terbayang di
depan mata mrk apa yang mrk perbuat terhadap diri adik mrk Yusuf yang berada di
depan mereka sebagai wakil raja Mesir yang berkuaa penuh. Mereka gelisah tidak
dpt membayangkan pembalasan apa yang akan mrk terima dari Yusuf atas dosa
mereka itu.
Berkatalah
saudara-saudara Yusuf dengan nada yang rendah: "Sesungguhnya kami telah
berdosa terhadap dirimu dan bertindak kejam ketika kami melemparkan kamu ke
dasar telaga. Kami lakukan perbuatan kejam itu, terdorong oleh hawa nafsu dan
bisikan syaitan yang terkutuk. Kami sgt sesalkan peristiwa yang terjadi itu
yang berakibat penderitaan bagimu dan bagi ayah kami.Akan tetapi kini nampak
kepada kami kelebihanmu di atas diri kami dan bagaiman Allah telah mengurniakan
nikmat-Nya kepadamu sebagai ganti penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan
kami yang durhaka terhadap dirimu. Maka terserah kepadamu untuk tindakan
pembalasan apakah yang akan engkau timpakan di atas diri kami yang telah
berdosa dan mendurhakaimu".
Berucaplah
Yusuf menenteramkan hati saudara-saudaranya yang sedang ketakutan: "Tidak
ada manfaatnya menyesalkan apa yang telah terjadi dan menggugat
kejadian-kejadian yang telah lalu. Cukuplah sudah bila itu semua menjadi
pengajaran bahwa mengikuti hawa nafsu dan suara syaitan selalu akan membawa
penderitaan dan mengakibatkan kebinasaan di dunia dan di akhirat. Mudah-mudahan
Allah mengampuni segala dosamu, karena Dialah Yang Maha Penyayang serta Maha
Pengampun. Pergilah kamu sekarang juga kembali kepada ayah dengan membawa baju
kemejaku ini. Usapkanlak ia pada kedua belah matanya yang insya-Allh akan
menjadi terang kembali, kemudian bawalah ia bersama semua keluarga ke sini
secepat mungkin."
Maka
bertolaklah kafilah putera-putera Yaqub dengan diliputi rasa haru bercampur
gembira, kembali menuju ke Palestin membawa berita gembira bagi ayah mereka
yang sedang menanti hasil usaha pencarian Yusuf yang disarankannya. Dan selagi
kafilah sudah mendekati akhir perjalanannya dan hampir memasuki Palestin ayah
mereka Nabi Yaqub memperoleh firasat bahwa pertemuan dengan Yusuf, putera
kesayangannya sudah berada di ambang pintu. Firasat itu diperolehnya sewaktu ia
berkhalwat seorang diri di mihrab tempat ibadahnya bermunajat kepada Allah,
berzikir dan bersujud seraya melepaskan air matanya bercucuran dan suara
tangisnya menggema di seluruh sudut rumah, sekonyong-konyong suara tangisnya
berbalik menjadi gelak ketawa, air matanya berhenti bercucuran dan keluarlah ia
dari mihrabnya berteriak: "Aku telah mencium bau tubuh Yusuf dan aku yakin
bahwa aku akan menemuinya dalam waktu dekat. Ini bukan khayalan dan bukannya
pula bawaan kelemahan ingatan yang selalu kamu tuduhkan kepadaku."
Sejurus
kemudian berhentilah kafilah di depan pintu rumah turunlah putera-putera Yaqub
dari atas unta masing-masing, beramai-ramai masuk ke dalam rumah dan
berpeluknyalah ayah sambil mengusapkan baju kemeja Yusuf pada kedua belah
matanya. Seketika itu pula terbuka lebarlah kedua belah mata Yaqub, bersinar
kembali memandang wajah putera-puteranya dan mendengar kisah perjalanan
putera-puteranya dan bagaimana mrk telah menemukan Yusuf bersama adiknya
Benyamin. Disampaikan pula kepada ayah seruan dan undangan Yusuf agar semua
sekeluarga berhijrah ke Mesir dan bergabung menjadi satu di dalam istananya.
Dan segera berkemas-kemaslah Yaqub sekeluarga menyiapkan diri untuk berhijrah
ke Mesir.
Dirangkulnyalah
si ayah oleh Yusuf seraya mencucurkan air mata setiba Yaqub di halaman istana
bersama seluruh keluarga. Demikian pula ayah tidak ketinggalan mencucurkan air
mata, namun kali ini adalah air mata suka dan gembira. Semuanya pada merebahkan
diri bersujud sebagai tanda syukur kepada Allah serta penghormatan bagi Yusuf,
kemudian dinaikkannyalah ayah dan ibu tirinya yang juga saudara ibunya ke atas
sigahsana seraya berkata: "Wahai ayahku! Inilah dia takbir mimpiku yang
dahulu itu, menjadi kenyataan. Dan tidak kurang-kurang rahmat dan kurniaan
Allah kepadaku yang telah mengangkatku dari dalam perigi, mengeluarkan aku dari
penjara dan mempertemukan kami semua setelah syaitan telah merusakkan perhubungan
persaudaraan antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Allah Maha Lembut
terhadap apa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana".Kemudian Yusuf mengangkat kedua tangannya berdoa:
"Ya Tuhanku! Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan
mengajarkan kepadaku pengentahuan serta kepandaian mentakbir mimpi. Ya Tuhanku
Pencipta langit dan bumi! Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, beriman dan bertakwa dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang yang soleh."
Pengajaran yang didapat dari
kisah Nabi Yusuf A.S.
Banyak ajaran
dan ibrah yang dapat dipetik dari Kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan pengalaman
hidupnya itu. Di antaranya ialah :~
Bahwasanya penderitaan
seseorang yang nampaknya merupakan suatu musibah dan bencana, pada hakikatnya
dalam banyak hal bahkan merupakan rahmat dan barakah yang masih terselubung
bagi penderitaannya.Karena selalunya bahwa penderitaan yang di anggapkan itu
suatu musibah adalah menjadi permulaan dari kebahagiaan dan menjadi
kesejahteraan yang tidak diduga semula. Demikianlah apa yang telah dialami oleh
Nabi Yusuf dengan pelemparan dirinya ke dalam sebuah perigi oleh
saudara-saudaranya sendiri, disusuli dengan pemenjaraannya oleh para penguasa
Mesir. Semuanya itu merupakan jalan yang harus ditempuh oleh beliau untuk
mencapai puncak kebesaran dan kemuliaan sebagai nabi serta tngkat hidup yang
mewah dan sejahtera sebagai seorang penguasa dalam sebuah kearajaan yang besar
yang dengan kekuasaannya sebagai wakil raja, dapat menghimpunkan kembali
seluruh anggota keluarganya setelah sekian lama berpisah dan bercerai-berai.
Maka seseorang
mukmin yang percaya kepada takdir, tidak sepatutnya merasa kecewa dan berkecil
hati bila tertimpa sesuatu musibah dalam harta kekayaannya, kesihatan
jasmaninya atau keadaan keluarganya. Ia harus menerima percubaan Allah itu
dengan penuh kesabaran dan tawakkal seraya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar
melindunginya dan mengampuni segala dosanya, kalau-kalau musibah yang
ditimpakan kepadanya itu merupakan peringatan dari Allah kepadanya untuk
bertaubat.
Dan sebaliknya
bila seseorang mukmin memperoleh nikmat dan kurinia Allah berupa perluasan
rezeki, kesempurnaan kesihatan dan kesejahteraan keluarga, ia tidak sepatutnya
memperlihatkan sukacita dan kegembiraan yang berlebih-lebihan. Ia bahkan harus
bersyukur kepada Allah dengan melipat gandakan amal solehnya sambil menyedarkan
diri bahwa apa yang diperolehnya itu kadang-kadang boleh tercabut kembali bila
Allah menghendakinya. Lihatlah sebagaimana teladan Nabi Yusuf yang telah
kehilangan iman dan tawakkalnya kepada Allah sewaktu berada seorang diri di
dalam perigi mahupun sewaktu merengkok di dalam penjara, demikian pula sewaktu
dia berada dalam suasana kebesarannya sebagai Penguasa Kerajaan Mesir, ia tidak
disilaukan oleh kenikmatan duniawinya dan kekuasaan besar yang berada di
tangannya. Dalam kedua keadaan itu ia tidak melupakan harapan, syukru dan
pujaan kepada Allah dan sedar bahwa dirinya sebagai makhluk yang lemah tidak
berkuasa mempertahankan segala kenikmatan yang diperolehnya atau menghindarkan
diri dari musibah dan penderitaan yang Allah limpahkan kepadanya. Ia
mengembalikan semuanya itu kepada takdir dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.
Nabi Yusuf
telah memberi contoh dan teladan bagi kemurnian jiwanya dan keteguhan hatinya
tatkala menghadapi godaan Zulaikha, isteri ketua Polis Mesir, majikannya. Ia
diajak berbuat maksiat oleh Zulaikha seorang isteri yang masih muda belia,
cantik dan berpengaruh, sedang ia sendiri berada dalam puncak kemudaannya, di
mana biasanya nafsu berahi seseorang masih berada di tingkat puncaknya. Akan
tetapi ia dapat menguasai dirinya dan dapat mengawal nafsu kemudaannya, menolak
ajak isteri yang menjadi majikannya itu, karena ia takut kepada Allah dan tidak
mahu mengkhianati majikannya yang telah berbuat budi kepadanya dirinya dan
memperlakukannya seolah-olah anggota keluarganya sendiri. Sebagai akibat
penolakannnya itu ia rela dipenjarakan demi mempertahankan keluhuran budinya,
keteguhan imannya dan kemurnian jiwanya.
Nabi Yusuf
memberi contoh tentang sifat seorang kesatria yang enggan dikeluarkan dari
penjara sebelum persoalannya dengan Zulaikha dijernihkan. Ia tidak mahu
dikeluarkan dari penjara kerana memperoleh pengampunan dari Raja, tetapi ia
ingin dikeluarkan sebagai orang yang bersih, suci dan tidak berdosa. Karenanya
ia sebelum menerima undangan raja kepadanya untuk datang ke istana, ia menuntut
agar diselidik lebih dahulu tuduhan-tuduhan palsu dan fitnahan-fitnahan yang
dilekatkan orang kepada dirinya dan dijadikannya alasan untuk memenjarakannya.
Terpaksalah raja Mesir yang memerlukan Yusuf sebagai penasihatnya,
memerintahkan pengusutan kembali peristiwa Yusuf dengan Zulaikha yang akhirnya
dengan terungkapnya kejadian yang sebenar, di mana mereka bersalah dan
memfitnah mengakui bahawa Yusuf adalah seorang yang bersih suci dan tidak
berdosa dan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah palsu belaka.
Suatu sifat
utama pembawaan jiwa besar Nabi Yusuf menonjol tatkala ia menerima
saudara-saudaranya yang datang ke Mesir untuk memperolehi hak pembelian gandum
dari gudang pemerintah karajaan Mesir. Nabi Yusuf pada masa itu, kalau ia mahu
ia dapat melakukan pembalasan terhadap saudara-saudaranya yang telah
melemparkannya ke dalam sebuah perigi dan memisahkannya dari ayahnya yang
sangat dicintai. Namun sebaliknya ia bahkan menerima mereka dengan ramah-tamah
dan melayani keperluan mereka dengan penuh kasih sayang, seolah-olah tidak
pernah terjadi apa yang telah dialami akibat tindakan saudara-saudaranya yang
kejam dan tidak berperikemanusiaan. Demikianlah Nabi Yusuf dengan jiwa besarnya
telah melupakan semua penderitaan pahit yang telah dialaminya akibat tindakan
saudara-saudaranya itu dengan memberi pengampunan kepada mereka, padahal ia
berada dalam keadaan yang memungkinkannya melakukan pembalasan yang setimpal.
Dan pengampunan yang demikian itulah yang akan berkesan kepada orang yang
diampuni dan yang telah dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam beberapa ayat
Al-Quran dan beberapa hadis nabawi. (ar/kisah) www.suaramedia.com